10 September 2013

Mamak dan Rahmat; Sebuah Bonus dari Dempo

Bismillah

Pendakian Dempo memang sudah selesai, tapi ternyata kami belum selesai berpetualang di Pagar Alam ("^,^)

Jam 8 malam kami sampai di tengah kota Pagar Alam, rencananya Teteh dan Kak Iwan akan kembali ke Tanjung Enim dengan bis malam itu juga, sedang Saya pulang ke Palembang bareng yang lain. Tapi ternyata...semua bis dan travel tujuan ke Tanjung Enim/Palembang sudah habis malam itu juga. ulangi, SUDAH HABIS SEMUA. 

Jadilah kami berenam terlantar malam itu. Tempat kami menunggu adalah tempat loket travel juga, tapi disana baik bis atau travel sudah habis terpakai. Syukurnya si Bapak baik, jadilah kami diperbolehkan mondar-mandir menunggu kendaraan di loketnya :)

Sampai jam 11 malam, kami masih belum dapet kendaraan juga. Sebenernya sih sudah ada, tapi ada masalah sepele jadi mau enggak mau travelnya dibatalin. Masing-masing dari kami sudah capek semua, apalagi saya yang semenjak turun gunung sakit dan pegal di kaki saya belum mereda juga, bahkan jalan sudah kayak robot dipakein rok. Hehehe...

Krukk..kruukk.. *ceritanya itu bunyi perut yang keroncongan :P

iya, semenjak turun dari puncak kami sama sekali belum makan makanan yang berat, yang sudah masuk perut malah permen coklat dan buah sepotong. Mana kenyang??? x_x
Tapi di kota orang begini mana kami tau tempat makan terdekat ada dimana, terlebih lagi kami yang masih juga belum jelas mau pulangnya kapan, malam itu atau besok paginya.

"Nginep dulu saja, Dek. Besok naik bis yang pagi, kalau sudah semalam ini susah nyari kendaraan lagi" saran si Bapak penjaga loket. Bener juga sih, sudah hampir tengah malam sepertinya mustahil kami bisa pulang. Tapi sebegini malam, mau tidur dimana??

terdampar ("^,^)

Syukur kami terdampar di tempat orang-orang yang baik. Bapak penjaga loket tadi menawarkan bis nya untuk tempat kami menginap. Waah, lumayan kan! tawaran yang menyenangkan, terlebih karena kami tidak punya pilihan lain. Kendaraan yang dicari-cari hasilnya juga tetap nihil! mencari penginapan atau masjid juga rasanya percuma, kami semua sudah butuh istirahat. 

Yaah, sekali-sekali tidur di Bis pun gak masalah, toh itung-itung tambah cerita untuk perjalanan kali ini. Hehehe...

Penjaga-penjaga di loket ini baik sekali. Selain diberikan bis untuk tempat menginap, kami pun dibantu dicarikan makanan untuk makan malam oleh salah seorang kakak penjaga loket-yang bodohnya kami lupa menanyakan namanya ("^.^)

***
Jam 12 malam.
Bis yang dimaksud bapak itu lumayan besar, tidak terlalu bagus tapi sangat lumayan untuk kami beristirahat. Kami pun mengambil tempat masing-masing di dalam bis. Entah apa yang ada dipikiran kami masing-masing saat itu, semua sudah sangat-sangat capek. Jadilah setelah dapat tempat istirahat masing-masing kami langsung bersiap tidur.

Baru memejamkan mata beberapa menit kami dibangunkan oleh kakak penjaga loket tadi. Kami diminta pindah. Bis yang kami tempati sekarang mau dibersihkan jadi kami diminta untuk pindah ke mobil berjenis carry. Mau tak mau kami pun menurut, semua carrier kami pindahkan lagi. Saya sebenernya males untuk pindah ke mobil lain, bis tadi sih sudah sangat lumayan untuk kami, tapi sepertinya Kakak penjaga loket tadi merasa enggak enak melihat kami tidurnya kurang nyaman di bis tadi, akhirnya kami pun 'dipaksa' pindah.

Mobil yang kedua ini jelas terlihat lebih nyaman, bahkan kaki kami pun bisa untuk selonjoran :D Wow! sangat menyenangkan ketika kaki yang sangat pegal bisa diistirahatkan seperti ini. Aah...Baiknya orang-orang disini ^^

Namun baru sebentar istirahat, kami dibangunkan lagi. Kali ini penjaga loket lain yang membangunkan kami, orangnya masih jauh lebih muda, Rahmat namanya.
"Maaf Kakak-kakak, dirumah sudah disiapin tempat oleh Ibu. Jadi istirahatnya dirumah saja"

looh, dirumah?? eh-eh, pindah lagi?
kami masih bingung ketika Rahmat tanpa ba-bi-bu langsung membawa mobil yang sedang kami naiki kerumahnya. Serius, kami beneran dibawa ke rumahnya Rahmat. Dooh, kenapa jadi merepotkan orang lain beginii??!

Mobil yang dibawa Rahmat berhenti disebuah lorong. Kami pun membawa turun carrier masing-masing dan berjalan mengikuti Rahmat menyusuri beberapa lorong untuk sampai kerumahnya. Sebuah rumah sederhana yang entah berada dipelosok mana di kota Pagar Alam. Kami pun disambut oleh neneknya Rahmat yang kemudian kami memanggilnya Mamak. Mamak ini sangat ramah bahkan teramat baik, kami semua dipersilahkan masuk kedalam rumahnya yang benar saja di tengah-tengah ruangan sudah dibentangkan karpet tebal untuk kami istirahat.

"Yang perempuan nanti tidurnya dikamar" Mamak mempersilahkan kami ke sebuah kamar di belakang. Didalamnya sudah disiapkan kasur, bantal dan selimut tebal.

Terharu.
Perasaan itulah yang kami rasakan. Sebuah kebaikan yang luar biasa dari seorang Mamak dan Rahmat yang bahkan sama sekali belum mengenal kami. Sudah diberikan tempat di mobil sebenarnya sudah sangat lumayan bagi kami, tapi sekarang kami malah diberikan bonus lebih; sebuah tempat istirahat yang lebih nyaman lagi.

Rahmat tinggal berempat dirumah itu; ada Mamak, Ibunya Rahmat yang tuna wicara dan salah seorang sepupu Rahmat yang masih kecil. Ketika kami datang, Ibunya Rahmat terbangun dan menyambut kami juga dengan tak kalah ramah. 

Di dalam kamar Saya dan Teteh masih begitu takjub dengan kebaikan yang kami terima. Toh Kami ini siapanya mereka?? Baru sekali ini kami kesasar di Pagar Alam dan jelas-jelas Kami dan Rahmat baru ketemu sekali di loket tadi. Tapi Keluarga Mamak begitu tulus menerima bahkan memberikan tumpangan menginap bagi kami. Tak takutkah mereka kalau ternyata kami ini punya niat jahat??

Saya dan Teteh baru mulai istirahat ketika Mamak membangunkan kami. "Mamak sudah bikinin minuman, ayo diminum dulu biar badannya hangat." 

Dibuatkan minum pula?
Di ruang tengah sudah terhidang bergelas-gelas kopi hangat untuk kami. Ah Mamak... *terharu*


rumah sederhana Rahmat dan Mamak
***
Matahari pagi sudah menampakkan diri ketika kami mesti bangun agar tak ketinggalan bis lagi. Sejujurnya kantuk masih menggantung-gantung dan kami masih sangat ingin memeluk bantal, tapi apa daya kami mesti pulang. Sudah banyak kami membuat 'repot' orang lain; diberikan tumpangan bis, dicarikan makanan, disediakan tempat menginap, dibuatkan minuman, bahkan paginya kami masih diantarkan Rahmat mencari bis untuk pulang. Baik mereka keterlaluan kan??

Kopi buatan Mamak ("^,^)

Tak perlu sebuah alasan untuk membantu orang lain-anonim.
Ya, bahkan tak perlu mengenal jika ingin membantu orang lain. Kami belajar semua itu dari mereka, para penjaga loket dan keluarga Mamak dan Rahmat. Kami belajar makna ketulusan. Aah...Mereka yang tanpa pamrih dan begitu perhatian. Bahkan dalam kesederhanaan yang keluarga Mamak miliki, mereka begitu tulus menolong kami. Tanpa bantuan mereka mungkin kami beneran akan terdampar di masjid atau mungkin akan tetap di loket menunggu hingga pagi. 

Di dunia ini memang masih banyak manusia bak malaikat, merekalah diantaranya :)

***
yes. Kami mendapatkan banyak oleh-oleh dari petualangan kami kali ini.
Sebuah pendakian dengan bonus pelajaran hidup yang berharga. Oh Tuhan...terima kasih :)

Enjoy this life!