03 Mei 2011

Kau Sudah Menghamili Kakakku

Perempuan dihadapanku tertunduk diam, sesekali terdengar ia menghela napas panjang. Aku mengenalnya, sudah lebih dari seperempat abad dia lah orang yang aku hormati dengan sebutan 'kakak'. Ya...kakak sekaligus anak perempuan kesayangan dikeluargaku, semua hal yang dia ingini tercapai. Semuanya. Tak ada yang bisa atau tega menolak keinginannya.
Hidupnya nyaris sempurna, dengan fisiknya yang rupawan tak satupun pria akan menyerah untuk mendapatkannya, prestasi yang ia punya sangat cemerlang, karirnya yang sekarang pun dengan mudah diraihnya. Suami? jangan ditanya, ia beruntung mendapatkan kak Arif, pengusaha muda,alim, tampan, dan sukses.
Ah...aku bukan apa-apa jika dibandingkan dengannya, hanya seorang ibu rumah tangga biasa, bahkan berjalan pun aku membutuhkan kursi roda. Dan dari dulu selalu begitu, aku tak akan mampu dibandingkan dengannya.

Tapi, lihat dia sekarang. Kakakku yang dulu kukenal kuat kini duduk dengan lemahnya di depanku, sudut matanya basah, sesekali ia memberanikan diri menatapku dan mencoba tersenyum, tapi yang tampak hanya raut muka cemas dan kalut.
Tangannya yang pucat berulang kali mengelus perutnya yang tampak membuncit.

"Apa mas Arif tau?" tanyaku akhirnya, suaraku jelas terdengar berat. Perempuan dihadapanku mengangguk pelan

"Mas Arif tau, dan ia tak peduli lagi dengan kakak" ucap kakak lirih menahan tangis,"Mas Arif pergi.."

Aku terdiam. Ah ya...wajar saja, pria mana yang masih mau bertahan jika istrinya tidur dengan pria lain, hingga akhirnya tumbuh janin di perut si istri..??
Aku memandang kakak kasihan, hatiku bergejolak, sedih, kesal, malu, dan marah bercampur jadi satu. Wanita jalang! batinku akhirnya.

"Mir..." sebuah suara memanggilku pelan, suara yang tak hendak kudengar. Suara dari seorang pria bajingan yang sudah menghamili kakakku.
Aku menatapnya nanar, tanganku sudah gatal ingin menampar pipinya keras-keras.

"Mir, bayi ini butuh bapak" ucap laki-laki itu pelan, aku masih diam. Apa maksudnya?? hatiku mulai berontak. Tangisan kakak terdengar pelan sekali. Aku masih diam memandang keduanya, hampa, aku tak mampu berpikir lagi.

"Mir, bayi ini tak mungkin lahir tanpa aku" ucap laki-laki itu lagi seraya mengusap perut kakak.

JDEERRR..! kalimat itu seperti sebuah pisau panas yang menancap dijantungku, ya...tepat dijantungku!! Dan entah bagaimana benteng pertahananku akhirnya roboh, airmataku jatuh, mengalir dan tak dapat kutahan, aku tak kuat ya Tuhaaan, pekikku.

"Mir..."

Aku berusaha memandang laki-laki itu lagi, laki-laki yang 5 tahun ini aku sayangi, laki-laki yang karna kekuranganku keinginannya untuk memiliki anak pupus, dialah SUAMIKU.
"Baiklah kalo itu maumu Mas, silahkan nikahi kakakku. Tapi tolong.. ceraikan aku dulu, aku tak sanggup di madu" ucapku akhirnya.

Dengan payah, aku berpindah ke atas kursi rodaku. Sejenak kudengar mereka memanggilku, aku tak perduli, hatiku sudah hancur tak bersisa. 

TE, 03 Mei 2011

Enjoy this life !
With ♥,