28 Agustus 2013

Berkenalan dengan 'Keras'nya Gunung Dempo

Bismillah

Salah seorang teman pernah berkata, "seorang pendaki akan selalu rindu dengan jalur pendakiannya"

ah ya, ternyata bener.
jalur pendakian itu emang bener-bener ngangenin :)

bukan cuma saya saja ternyata, tapi temen-temen pendakian kemarin semuanya kangen dengan kata 'mendaki'. Padahal kalau dihitung-hitung baru juga berselang 3 bulan kami turun dari semeru, apalagi pendakian kemarin itu juga baru pertama kalinya buat kami. Masa iya sudah pengen mendaki lagi??

Tapi kangen itu beneran muncul, malah sebulan sejak turun dari semeru kami sudah pengen lagi untuk mendaki gunung yang lain *sok banget*

Kami pun sepakat untuk mendaki gunung lagi :)
Ya, sekali lagi kami mencoba keluar dari zona nyaman kami, mencoba menantang diri kami untuk bercapek dan berpegal ria di jalur pendakian lagi. Dan akhirnya rencana pun dibuat, 17 Agustus nanti kami ingin merayakannya di Gunung Dempo :)
Gunung Dempo (3159 mdpl) merupakan Gunung berapi yang terletak di perbatasan provinsi Sumatera Selatan dan provinsi Bengkulu.
Dempo- dilihat dari Pagar Alam
Kenapa mesti Dempo??

Karena kami ini pegawai yang minim cuti dan susah banget untuk dapet libur banyak >.<
jadilah kami pilih gunung yang bisa ditempuh dalam waktu 7 jam lewat jalur darat dari Palembang.

Lagipula gunung diseberang pulau pernah didaki, masa iya yang dipulau sendiri belum pernah didatengin *tsaah..

***
15 Agustus 2013.
Rencana awal ada 10 orang yang akan ikut pendakian Dempo, tim semeru kemarin plus 4 orang teman tambahan. Tapi nyatanya H-4 empat orang batal ikut pergi. Tinggalah Jani (ketua koordinator-seperti biasa :P ), Oot, Imam, Saya, dan ditambah Kak Iwan dan istrinya Teteh Mecca (yeeii!! jadi ada temen ceweknya juga!!)

Karena Saya, Kak Iwan dan Teteh tinggal di Tanjung Enim sedang yang lain berangkat langsung dari Palembang, akhirnya kami sepakat untuk langsung ketemu di Pagar Alam saja. Jadi start awal kami pun terpisah.

16 Agustus 2013.
Dengan naik bis malam Saya, Kak Iwan dan Teteh sampai di Pagar Alam tepat tengah malam, rencananya kami akan numpang istirahat di rumah Ayah Anton yang memang sudah terkenal di kalangan pendaki Dempo, tapi rupanya rumah beliau sudah keburu penuh oleh pendaki lain yang juga pengen 17-an, jadilah kami pun mesti puas untuk istirahat di Masjid saja.

Masjidnya lumayan luas dengan lampu yang sengaja dimatikan pengurusnya. Pelan-pelan kami masuk kebagian dalam yang lantainya terbentang karpet tebal, lumayanlah sebagai alas tidur apalagi suhu di pagar alam di waktu malam dinginnya banget-bangetan bagi saya x_x

Di dalam masjid begitu gelap tapi kami tau di beberapa pojokan sudah ada pendaki lain yang duluan sampai dan duluan juga tidurnya, ada yang ngorok pula! ehehehehee.. :P

Kami pun mengambil tempat ter-nyaman untuk istirahat. Namun baru sebentar tiduran, Jani dan yang lain rupanya juga sudah sampai. Tim kami pun lengkaplah sudaahh! :D

Pendakian akan kami mulai paginya. Jadi sambil menunggu matahari muncul kami pun merehatkan sendi-sendi badan yang nantinya akan bekerja lebih keras dari biasanya :)

***
Gunung Dempo sendiri punya 2 jalur pendakian, lewat pintu rimba melalui kampung 4 dan jalur satu lagi melewati Tugu Rimau. Kami pengen nyicip semua jalur, akhirnya diputuskan untuk naik kami akan melewati pintu Rimba, dan nanti pulangnya baru melewati jalur yang satu lagi.

Pagar Alam masih diselimuti kabut pagi saat kami semua sudah siap dengan carrier masing-masing. Sejujurnya Saya paling gak mahir kalau menyangkut urusan packing carrier x_x
Sudah di bongkar berapa kali juga kok masih gak enteng-enteng, padahal barang yang dibawa pun sebenernya cuma yang penting dan gak banyak. Heuu...alhasil karna gagal packing carrier, sedikit apapun barang yang Saya bawa carrier saya pun masih terlihat besar dan berat.

***
Hal terbaik dalam pendakian kali ini adalah kami bertemu dengan banyak pendaki, 4 diantaranya bahkan jadi tim bersama kami; Adi, Wulan, Sigit, dan Amma, terakhir saya baru tau loh kalo mereka ini pasangan-pasangan kekasih, ceilleehhhh...^_^ Karena Mereka sudah ada yang pernah mendaki Dempo, kami pun yang buta soal jalur jadinya ikut nebeng mereka sampai ke puncak :P
Tim awal yang cuma ber-enam :)
Bersama mereka kami naik truk menuju Kampung 4 yang jalannya sangat lumayan untuk buat kaki jadi terseok-seok karena jaraknya yang jauh. Di kampung 4 kami rehat sejenak di rumah Ayah Rohim, perut yang dari subuh sudah keroncongan langsung diem begitu diisi semangkuk mie dan nasi :P

Sekitar jam 10 kami memutuskan untuk mulai jalan karena jika semakin siang bisa jadi sampai di pelataran camp-nya terlalu malam. Bismillah...kami pun memulai langkah pendakian setelah sebelumnya mengotori dinding rumah penduduk dengan meninggalkan tanda-tangan kami berenam *mental perusak* >.<

Pagar Alam terkenal dengan perkebunan tehnya, sepanjang awal pendakian melalui kampung 4 yang terlihat adalah hamparan hijau cerah dari sudut ke sudut, udaranya pun masih segar dan dingin. Langit begitu membiru dengan matahari yang perlahan mulai mengangkasa. Sejauh mata memandang pemandangan yang terhampar adalah frame lukisan yang begitu sempurna tanpa cela :) masya allah~ 
ijo-ijoo :)

seharusnya bisa lebih indah lagi., fotografernya kurang ahli x_x 
 ***
Seperti yang saya pernah ceritakan sebelumnya, bukan mendaki gunung namanya kalau tidak ada tanjakan. Tapi jangan harap kami bisa bertemu tanjakan seperti Semeru ketika mendaki Dempo, di semeru jalurnya bisa berupa tanjakan dan ada pula yang sedikit landai bahkan turunan. Tapi Dempo?? dari awal kami sudah dihajar oleh banyak tanjakan tanpa henti. Jalan yang kami temui cenderung menanjak semua dengan tingkat kemiringan yang aduhai~

Baru beberapa puluh menit mendaki cuaca mendung dan hujan rintik pun turun, kami pun masih terus jalan. Berhenti juga percuma, selain menghabiskan waktu badan pun bisa kedingingan karena hujan.

Cuaca kurang mendukung kemarin, beberapa kali hujan turun. Tidak terlalu lama memang, tapi hujan yang turun sukses membuat jalur yang kami lewati makin licin dan beceekk. *ojek mana ojek??

Selain pepohonan lebat, tidak banyak keindahan yang bisa diabadikan ketika melewati jalur di Dempo, semua ketutupan oleh pohon lebat bahkan pemandangan perkebunan teh pun sudah jauh menghilang. Makin lama berjalan tanjakan semakin menyiksa mameen, sarung tangan yang dasarnya kudel sudah enggak jelas warnanya apa. Cengkeram sana cengkeram sini, dari mulai batang pohon, akar, dedaunan bahkan tanah bebatuan pun jadi pegangan untuk naik. 

"Parahan mana jalurnya sama Semeru?" beberapa kali pertanyaan itu terlontar buat kami, Saya cuma diem saat yang lain jawab kalau Semeru susahnya saat mendaki menuju ke puncaknya. Kalau yang ini??

Tiap gunung punya khas nya masing-masing memang. Semeru dengan jalurnya yang naik turun dan kejutan saat menuju puncaknya, sedang Dempo? dari awal sudah banyak kejutan yang kami terima x_x

aah, biar gambar saja yang menceritakannya...
Oot 
Imam, dibelakangnya ada Teteh Mecca dan suaminya-Kak Iwan
panjat-panjaattt ^^

Adi, Ulan, Amma, dan Imam. Saya?? yang fotoin x_x

Teteh Mecca dan Kak Iwan
***
Jam 8 malam.
Rasanya kami sudah capek sebadan-badan saat kaki kami mencapai Top Dempo, aaahh...akhirnyaaa! Top-top-top! Suenengnya bukan main. Tapi gelap sudah keburu pekat, kami pun mesti jalan lagi turun ke pelataran tempat untuk kami membangun tenda. Ya, akhirnya turunan! Tapi tetap saja, jalannya sangat becek dan licin, jadi kalau tak hati-hati bisa-bisa meluncur kebawah dengan bebatuan sebagai alasnya x_x

Sampai dipelataran sudah banyak bunyi ramai yang menyambut kami, tapi karena gelap yang terlalu susah bagi kami untuk melihat dengan jelas pendaki lain yang tenda nya sudah menyebar di berbagai sudut pelataran.

Aahh...badan sangat butuh rehat. Apalagi udara pegunungan yang dinginnya banget-bangetan sudah menyapa kami dari tadi. Alhasil tanpa banyak kompromi setelah tenda selesai dibangun dan perut diisi, kami pun masuk ke tenda dan bersedekap dalam sleeping bed masing-masing.

Sejujurnya Saya tidak menyangka akan sebegini sambutan dari Dempo untuk Kami, dengan tanjakannya yang sukses membuat badan berasa rontok dan dinginnya yang luar biasa. Dari dalam tenda masih terdengar suara musik dari tenda lain, entah lagunya apa-enggak jelas tapi lumayanlah sebagai hiburan di tempat yang sebegini jauhnya dari kota.

***
Rencananya besok pagi kami akan mendaki puncak Marapi yang letaknya tidak jauh dari pelataran, hanya perlu jalan menanjak dan kami sudah bisa melihat kawah. Kami sih pengennya melihat sunrise dan mengibarkan sangsaka merah putih yang kami bawa di atas sana. Tapi apa daya. Jam 5 rayuan kantuk masih menggantung menggoda-goda untuk kembali lanjut tidur.

Jam 7 pagi.
Cuaca terlihat cerah saat kami memutuskan keluar tenda, tapi dingiinnya itu mamennn masih kerasa juga biarpun tangan sudah dilapisi sarung tangan tebel, duileehh x_x

Tak jauh dari tenda kami terlihat puncak Marapi, tidak setinggi yang dibayangkan memang, bahkan dari tempat kami berdiri kami bisa melihat beberapa pendaki yang lebih dulu naik kesana. Bendera merah putih yang berkibar pun juga jelas terlihat. Tak berapa lama puncak Marapi terlihat keemasan terpapar sinar matahari yang muncul malu-malu, kontras dengan warna langit yang membiru indah, ah Sempurna :)
puncak Marapi
Setelah perut cukup diisi, kami pun mulai melangkah naik ke puncak. Sayangnya Teteh dan Kak Iwan yang masih kecapaian masih pengen di tenda, mereka pun memutuskan untuk tidak ikut naik bersama kami.

Untuk sampai ke puncak Marapi kami hanya perlu melewati rimbunan pohon Panjang Umur yang tumbuh cukup rapat. Tidak seperti sebelumnya jalur menuju puncak jauh lebih mudah didaki, jalur yang banyak bebatuan sebagai tempat berpijak memudahkan kami untuk sampai ke puncak dalam waktu singkat.
Jani, Imam, Oot, Amma

Ya kami pun akhirnya menapak puncak Marapi. Alhamdulilaaah~
Syukur, senang, puas dan bangga campur jadi satu, terlebih ketika melihat kawah Marapi yang saat itu berwarna silver. Dihajar tanjakan bertubi-tubi ketika naik kemarin terbayar sudah sekarang. Bendera yang kami bawa dari bawah pun sukses berdiri di puncak Marapi bersama kami.
Dirgahayu Indonesia :)
Dan melihat pemandangan sekitar dari puncak adalah momen yang sayang dilewatkan. Di kejauhan terlihat pelataran tempat tenda kami dibangun, di seberang kami berdiri Top Dempo yang kami pijak semalam. Beberapa kali kabut menutupi pandangan, jadilah kami seperti berada di negeri atas awan, eksotis!

berlebihan? ah sama sekali tidak. Ciptaan Tuhan itu memang selalu keren, dan bumi Indonesia yang kita miliki ini memang punya keindahan yang sangaaat keterlaluan :)

Tak puas rasanya berada di puncak tanpa mengambil banyak foto, dari mulai sendiri-sendiri hingga minta tolong orang gak dikenal buat nge-foto kami rame-rame. Hehehe..

Dan salah satu niat Saya pun terpenuhi...
Dari puncak Marapi, Saya menyayangi kalian :)

moment yang gak boleh ketinggalan :P
***
Jam 10 pagi kami pun turun kembali tenda. Siang itu juga kami mesti sudah turun dari Dempo karena kami memutuskan untuk kembali pulang malam itu juga. Packing-packing sebentar kami pun mulai melangkah lagi, kali ini kami mesti kembali naik ke Top Dempo dan kemudian baru turun dari Dempo.

Di Top Dempo kami berenam mesti berpisah dengan sahabat baru kami. Adi, Ulan, Sigit, dan Amma memutuskan untuk turun melalui jalur pintu Rimba, sama seperti ketika naik. Sedang kami memutuskan untuk mengambil jalur melaui Tugu Rimau. Setelah melewati berbagai momen bersama, ketika berpisah dengan mereka jelas terasa sedikit kehilangan. Dengan adanya mereka jugalah pendakian kami jadi tambah berwarna. Semoga nanti-nanti bisa mendaki bareng lagi :)

***
Mana yang lebih kamu pilih, jalan menanjak atau menurun??
Ada yang bilang turun dari gunung itu asik, enggak terlalu seberat ketika naiknya. Bener siiih, tapi enggak berlaku buat Dempo.

Kali ini menanjak dan menurun sama beratnya. Sama!
Bahkan melewati jalur Tugu Rimau kami mesti melewati turunan yang sudutnya itu loh, ehem...siku-siku :)

Ditambah lagi jalur yang licin disana-sini. Ternyata jalur Tugu Rimau lebih berat yaaa. Hehehee..
Bisa dibilang jalur pendakian Dempo itu komplit! mendaki, merayap, merosot, melompat bahkan bergelantungan di tali untuk turun. Berasa sedang di pelatihan militer x_x


masih sempet narsis ajee x_x

Tapi disana yang bikin seru, badan dan pikiran dilatih untuk fokus dan sinkron, untuk lebih tenang dan percaya bahwa sesulit apapun jalan asal mau dicoba pasti bisa dilewatin. Berhenti juga percuma, toh keadaan tidak akan berubah :)

***
Capek.
Ya, kami semua sudah teramat letih. Jalan menurun membuat semua beban bertumpu pada kaki. Sedangkan jalan masih teramat jauh.

Hampir di seperempat jalan terakhir, kaki kanan Saya tiba-tiba sakit tak terkira. Untuk dibawa melangkah sudah sangat-sangat berat, bahkan untuk turunan yang pendek pun saya lebih memilih merosot dibanding harus turun dan bertumpu pada kaki. Jalan masih jauh dan jalan kaki sudah sangat terseok-seok. Beberapa kali Saya minta rehat, kaki ini sudah susah diajak kompromi dan maunya minta istirahat. Tapi istirahat dimana? 

Jalur Patung Rimau jelas berbeda dengan Pintu Rimba, di jalur ini tidak ada tempat untuk memasang tenda jika ingin bermalam, jadi mau tak mau kaki mesti melangkah terus turun kebawah. Lagipula kami mesti cepat-cepat sampai di bawah, jika tidak kami bisa ketinggalan truk menuju kota. Nah looh??! x_x

Jadi kami tidak punya banyak waktu untuk istirahat, pokoknya mau tak mau kaki mesti mau diajak turun. Dan rasanya itu....Pegelnya pangkat sejuta mamenn!

Saya tau bukan cuma Saya yang capek, yang lain juga capek. Beruntung punya teman pendakian yang keren-keren, saling kasih semangat untuk terus jalan *angkat topi untuk Jani, Oot, Imam*

***
Jam 17.40 WIB - Tugu Rimau.
Akhirrrnyyyyyaaaa...!! 
Sampai juga di tugu yang jadi tanda awal untuk pendakian, ini artinya kami sudah sampai dibawah, tinggal menunggu truk yang menjemput membawa kami turun ke Kota Pagar Alam. Fiiuuhh...istirahat oh istirahaattttt... T_T

Dikejauhan semburat keemasan matahari mulai menghilang dalam pekatnya malam, berganti hamparan lampu rumah warga yang benderang di kejauhan, bak hamparan bintang yang jatuh dan tersebar di bumi. Indah :)

Sama seperti Semeru, pendakian di Dempo juga mengajarkan banyak hal. Bahwa untuk sampai ke tujuan kita mesti saling membantu, butuh tangan yang mengulurkan untuk membantu yang lain naik, butuh lidah yang saling mengingatkan untuk melewati rintangan yang dihadapi, butuh semangat atau bahkan makian untuk memastikan kaki kita tetap sama-sama melangkah kedepan. Karena tak selamanya kita mampu sukses sendiri :)

^_^  we're in Top 
Aah Dempo....Terima kasih banyak untuk sambutan 'hangat'mu :)

ps :
Setelah turun, oleh-oleh dari pendakian Dempo mulai terlihat. Kaki Saya memar kebiruan disana sini dan pegal-pegalnya masih terasa bahkan hingga H+4. Heuuu...^^

Enjoy this life!

18 Agustus 2013

Rumah itu...

Bismillah

Pernah enggak lihat denah rumah di koran atau majalah?? kalau dulu Saya sering lihat di majalah Nova punya mama atau koran yang memuat kolom seputar desain-desain rumah.

Dulu ketika SMP kelas 3, Saya dan seorang teman hobi banget membuat denah seperti majalah-majalah itu. Ceritanya kita seolah-olah arsitek handal yang bisa merancang denah rumah super keren dengan berbagai fasilitas super lengkap, dengan banyak kamar tidur besar, kamar mandi dan banyak lagi. Ya...namanya iseng, denah-denah itu kami buat serampangan di kertas bekas sesuai keinginan kami sendiri. Seru sih!! Waktu itu kami ngegambar sambil membayangkan kalau kami sedang membuat denah untuk rumah kami sendiri :D

Sayangnya semua yang kami gambar tidak kami simpan, sudah bikin satu terus dibuang, bikin lagi dan buang lagi *pemboros kertas*
Hobi itu membuat kami sibuk sendiri ketika guru lagi absen ngajar atau di kelas lagi istirahat. Mungkin dari keisengan itulah teman saya pun memilih jurusan yang gak jauh-jauh dari desain-desain ruang. Kalau Saya?? Saya kok malah jauh dari kata desain, heuu...

Kalau ngomongin rumah, kita pasti punya rumah impian masing-masing kan???
mungkin ada yang mengidamkan rumah dengan banyak tingkat, luas, atau rumah yang besar bak istana, dengan cat warna ini dan itu, ada kolam renang, ada garasi super besar dan lain-lain. Ayolaah pasti pernah ngebayanginnya kan? :D

Saya juga pernah kok!
Tapi yang saya bayangin sedikit berbeda, Saya mengidamkan rumah minimalis dengan ruangan secukupnya, yang penting punya halaman depan dan belakang yang luas. Halaman itu ditumbuhi banyak tanaman apotek hidup, pohon buah-buahan atau bunga. Pengennya rumahnya asri dan terlihat teduh, apalagi kalau ngebayangin punya halaman dengan banyak pohon buahnya lagi berbuah lebat...Waahhh...!! *dasar maniak buah*

Hahaa...namanya juga impian :D

Ngomongin rumah lagi, bagi saya rumah bukan cuma melulu tentang sebuah bangunan. Home is where your heart is. Pernah denger Quote itu kan?

Ya, bagi Saya begitu; Rumah adalah dimana hatimu berada. Hati? Hati yang bagaimana?
Hati yang kamu cintai. Tak perlu jauh mencari, kembalilah pada 'rumah' dimana hati yang membuatmu nyaman dan dicintai berada, ya...bisa jadi pemilik hati itu keluarga, sahabat, atau pasangan hidup kita. Jadi tak melulu soal bangunan, asal bersama-sama yang dicinta setiap tempat itu sudah berasa rumah bukan? *tssahhh*

....mungkin seharusnya memang harus pergi dulu, agar tau kemana harus pulang.

Bagi yang merantau, ada saat ketika muncul rasa kangen pulang. Tidak, bukan karena sudah atau belum menemukan apa yang dicari, tapi memang rasa kangen itu akan hadir dengan sendirinya.

***
Gara-gara dengerin lagu milik temen, Saya pun jatuh hati sama lagunya Oppie Andaresta yang satu ini, lumayan cucoklah sama tema posting kali ini, cekidoootttt! :) semoga suka!



Oppie Andaresta – Rumahku

Jauh sudah aku berjalan
Rasakan pahit, rasakan manis
Rasakan gelap, rasakan terang
Sampai ku tak tahu jalan pulang
Tinggi aku terbang semakin tinggi
Lewati awan hampa udara
Hingga ku lemas, hingga ku jatuh
Tapi… aku harus bertahan hidup

Tolonglah… tolonglah…
Tunjukkan jalan kerumahku…
Tolonglah… tolonglah…
Beri udara ‘tuk nafasku

Siapa yang akan menolongku
Pegang tanganku bawa kerumahku
Rasakan kasih, rasakan sayang
Hangat pelukan, hangat kecupan

Ada teh hangat, dan roti bakar
Bantal yang empuk, kasur yang lembut
Ada larangan, ada aturan
Tatapan mata penuh curiga

Gorden yang cantik, dapur yang unik
Dan anak kecil panggilku 'Ibu'
Dan seorang pria… ucapkan salam 'Slamat Pagi'
Aku jadi rindu rumah...

Enjoy this life!

16 Agustus 2013

Kehilangan dan Sebuah Rasa Iri

Bismillah

Prolog :
Sudah siapkah Saya ketika menghadapNya?
Apa yang sudah Saya siapkan sebagai hadiah ketika nanti bertemu denganNya?
Apakah cukup bekal hadiah yang dibawa?

Cuaca Palembang lumayan panas, dan mau tak mau Aku mesti bisa membagi konsentrasi antara mengendarai motor dan mendengarkan kamu yang sibuk bercerita dibelakangku. Cara kamu bercerita yang begitu bersemangat dan bahagia sesekali membuatku kehilangan fokus pada jalanan, aah...rasanya ingin kuparkir saja motor lalu kita berdua duduk sejenak di pinggir trotoar agar kamu bisa lebih puas bercerita. Tapi sayangnya waktu yang sedikit membuat kita mesti rela ngobrol di atas motor saja.

  "Sya, kamu kok mau terima kerjaan itu? kamu bakal ditempatkan jauh dari Palembang loh" ucapku pelan, terasa punggung tanganku yang tanpa sarung tangan mulai perih terkena panas matahari, aku meringis pelan. Dari belakang kudengar suara tawa khasmu yang renyah.

  "Iya sih Ka penempatannya jauh-jauh, bahkan ke pelosok daerah. Ayah Ibu juga awalnya enggak setuju"

  "Jadi orang tuamu belum kasih izin?"

  "Iya awalnya, tapi lama-lama mereka ngerti dan setuju kok" jawabmu dengan nada yang begitu riang.

  "Hm..Sya, kamu siap dengan semua resikonya? kami bakal kehilanganmu, Sya" ucapku lagi. 

  "Aku mungkin bakal jarang pulang, Ka. Tapi Aku akan sering kasih kabar kok" ucapmu, "Sebenernya Aku juga terkejut waktu diakbari kalau Aku diterima, Aku juga sempat ragu untuk diambil atau dilepas aja pekerjaan ini. Tapi sekali lagi Aku sadar kalau memang pekerjaan inilah yang aku sukai dan kesempatan ini jarang ada. Lagipula biarpun bukan pekerjaan yang menjanjikan banyak uang, namun paling tidak pekerjaan ini bisa jadi ladang amalku melalui anak-anak yang kudidik nantinya. Doakan ya, Ka" ucapmu pelan.

  "Pasti Sya" jawabku sambil tersenyum seraya menghentikan laju motor di tempat tujuan kami, namun kali ini Aku sadar suaraku terdengar bergetar. Campur aduk yang kurasakan sekarang, ada sedih karena sebentar lagi Aku mesti kehilangan seorang teman, dan di sisi lain cerita yang kudengar darimu sejujurnya juga mampu membuatku begitu iri, ah...sangat iri malah. Allah sudah memberikan kesempatan itu dibanding kami Sya.

Catatan:
Bukan fiksi, namun memang sengaja menggunakan kata ganti; Aku :D 
Hmm...Kejadian ini sudah sebulan berlalu, dan mungkin sahabat yang dimaksud sedang menjalani masa pendidikannya SGInya sekarang. Saya sadar, ladang amal di bumi ini masih banyak. Lihat sekitar dan berikan terbaik yang dimiliki, tapi Syarifah...kamu sukses loh membuat Saya iri :)

Enjoy this life!

14 Agustus 2013

Akhirnya Lepas Kawat Gigi, Tapi...

Bismillah

Beberapa hari lalu sebelum lebaran di klinik gigi,

saya       :"Mbak kawat gigi bagian bawah dilepas aja ya Mbak? sudah rapi kan?"

si mbak :"Kan masih belum begitu rapi, Ka"

saya      :"Ini mbak, kawatnya suka bikin sariawan terus. Enggak apa-apa lah sudah lumayan bagusan"

si mbak :"Tapi nanti kalau belum kuat giginya bisa berubah lagi, Ka"

saya      :"Jadi belum bisa ya? sariawan terus Mbak, huhuhu" (akting dibuat-buat)

si mbak :"Mbak liat dulu ya..."

saya      : (buka mulut)

si mbak :"(sambil ngeliatin gigi saya). Sudah bagus sih, Ka"

saya      :"(mulut kebuka) Lepas aja ya mbak..yayayya"

si mbak :"Bisa siih, tapi nanti pake penahan ya giginya"

saya      :"Penahan?"

si mbak :"Iya, sama sperti kawat gigi tapi lebih praktis. Bisa dilepas-lepas, pake'nya waktu mau tidur aja"

saya      :"(seneng karena dibolehin lepas) Oohh..gak apa-apa mbak ^_^ Pake penahannya berapa lama? sebentar kan?"

si mbak :"Kamu sudah pake kawat gigi yang bawah berapa lama?"

saya      :"Hmm...2 tahunan mbak"

si mbak :"Ya udah dikali 2 aja"

saya      :"Hah? maksudnya dikali 2?"

si mbak :"Iya, jadi pake penahannya 2 tahun dikali 2"

saya      :"Empat...empat tahun?????!!!! (syok)"

si mbak :"Iya, jadi 4 tahun pake penahan biar giginya kuat lagi, biar rapinya awet, biar..bla..bla..bla.."

saya      : "..............lama sekali"

credit
Enjoy this life!

12 Agustus 2013

Ada di Ramadhan Kali Ini

Bismillah

Ramadhan sudah berlalu teman, apa saja yang sudah kita kerjakan??

Ramadhan kali ini, ada yang ibadahnya bersungguh-sungguh dikerjakan, ada.
Ramadhan kali ini, ada yang menyesali perbuatan salah yang telah dilakukan, memohon ampun dan menangis sesegukkan, ada.
Ramadhan kali ini, ada yang menjalankan puasa tanpa orang yang dicinta, ada.
Ramadhan kali ini, ada yang sedih berpuasa jauh dari keluarga, ada.
Ramadhan kali ini, ada yang puasa banyak batalnya, ada.
Ramadhan kali ini, ada yang mesti ikhlas kehilangan anggota keluarga, ada.
Ramadhan kali ini, ada yang sedang berusaha menyembuhkan sakit di hati, ada.
Ramadhan kali ini, ada yang berbahagia karena sudah menjadi orang tua, ada.
Ramadhan kali ini, ada yang tak sabar menunggu hari-hari setelah lebaran untuk segera duduk dipelaminan, ada.
Ramadhan kali ini, ada yang tengah memperbaiki diri, ada.
Ramadhan kali ini, ada yang sibuk ikutan lomba sana-sini, ada.
Ramadhan kali ini, ada yang kejar setoran jualan takjil di komplek perumahan, ada.
Ramadhan kali ini, ada yang berdoa semoga Ramadhan tahun depan tidak sendiri lagi, ada.
Ramadhan kali ini, ada yang ngerasa ibadahnya masih belum  maksimal, ada.
Ramadhan kali ini, ada yang belajar move on tapi gak bisa-bisa, ada.
Ramadhan kali ini, ada yang pusing enggak dapet THR, ada.

....... masih dan banyak lagi,
Ramadhan kali ini warna-warni, mereka semua ada di sekitar saya, atau mungkin ada yang saya alami sendiri?? :D

Ramadhan sudah berlalu teman, semoga umur kita masih ada hingga bertemu Ramadhan tahun-tahun depan :) aamiin...


nts:
welcome syawal! puasa lagii jangan lupa :)

Enjoy this life!