22 Juni 2013

Paket Super Komplit dari Mahameru ~ Cerita Semeru 4 (habis)

Bismillah

Pendakian semeru yang kami lakukan di bulan mei kemarin punya berjuta cerita, karena itulah ceritanya saya bagi menjadi 4 bagian. 3 cerita pertama sudah saya tulis di :

dan ini bagian terakhir sekaligus klimaksnya..! *siap-siap yaa* :D

***
Mahameru.
Malam ketika akan summit ke mahameru, tidur saya bener-bener gak nyenyak. Bukan cuma waktu tidurnya yang sebentar banget (jam 8 tidur jam 11 mesti bangun), tapi juga karena mikirin gimana pendakian ke puncak kami nantinya. Apalagi ini kali pertama kami untuk mendaki puncak gunung, berat banget gak sih?? apa kami sanggup?

Semua pertanyaan dari yang biasa sampai yang bikin parno sekalipun berlompatan di pikiran saya, gimana kalau nanti ada yang pingsan karna gak sanggup ke atas? kehabisan air? atau sampai ke atas terus gak bisa turun? gimana kalau...bla..bla..bla...

Siapapun tau, pendakian di gunung semeru hanya dibatasi hingga kalimati. Pendakian ke puncak Mahameru tidak diperbolehkan dengan alasan ketidakamanan karna semeru merupakan gunung berapi yang masih aktif. Jadi siapapun yang nekat naik harap tanggung resiko masing-masing. Naah...yang begini ini nih yang juga bikin saya deg-deg an, gimana kalau nanti ada apa-apa???!! *makinparno*

Jam 11 malam kami mesti bangun, kami pun diminta untuk bersiap-siap meskipun mata ngantuk banget plus perut yang agak berontak kelaperan. Mau makan?? gak sempet!

Kami saling mengecek perlengkapan masing-masing. Karna pemula jadi sedikit rempong yaa..haha..
Udara dingin banget diluar, padahal kami sudah seperti kue bongkol dengan baju tebel, jaket dan ditambah lagi jas hujan. Di kepala kami ada kupluk dengan headlamp masing-masing. Ehmm..komplit! Mirip bangetlah, kami udah kayak mo ngeronda malem-malem *tepokjidat*

Jam 11.30 kami berkumpul dengan tim lain diluar, sedikit briefing dari guide dan kami pun mulai melangkah menuju puncak mahameru setelah sebelumnya dimulai dengan doa bersama. Dalam doa, saya rasa hampir semua isi doa kami sama, "semoga kami bisa sampai di puncak mahameru sama-sama dan kembali dengan selamat, aamiin"

Udara dingin dan pekatnya malam di Kalimati mengantar kami, sedikit jalanan naik turun dan berliku kami lewati, suasana begitu gelap sehingga kami tidak bisa menikmati keadaan sekitar. Semua berjalan dalam diam, sibuk mengatur nafas dan ritme jalan masing-masing. 

Berjalan mendaki sebentar kami pun sampai di Arcopodo (2.900mdpl) yang merupakan wilayah vegetasi terakhir di Gunung Semeru. Ada beberapa tenda disana, yaa sebagian orang memang lebih memilih membangun tenda di Arcopodo sehingga puncak mahameru jadi lebih dekat. Di Arcopodo, masih terlihat sedikit pepohonan namun tak berapa lama berjalan tanah yang kami tapaki mulai terasa begitu gersang dan kering, debu mulai membuat sesak dan kami jadi mudah ngos-ngosan. Berulang kali kami berhenti dan istirahat. Sebenarnya dari Arcopodo menuju puncak Semeru diperlukan waktu 3-4 jam, tapi tentu berbeda bagi kami yang pemula ini. Heuu...

Siapa bilang kalau mendaki gunung itu capek??
enggak ada. Mendaki itu enggak capek kok, beneran.
tapi CAPEK BANGET!
haha..

Terlebih lagi jalur ke puncak semeru itu berpasir. Pernah main pasir kan?? *nanyakekucing*
Bener kata orang, enggak mudah jalan di jalan berpasir yang menanjak menuju Mahameru, naik 3 langkah merosot ke bawah 2 langkah, melangkah lagi merosot lagi - melangkah lagi merosot lagi dan begitu seterusnya. Jadi sampai ke puncaknya kapan??

Sampainya ketika kamu bisa mengalahkan ego kamu yang minta berhenti, ketika kamu masih punya semangat untuk terus melangkah, dan ketika kamu masih ingin terus melihat yang namanya puncak. Jalan terus dan terus jalan, atur ritme langkah dan nafas.

Ah ya, teori emang sejuta persen mudah, tapi prakteknya??? sulit mameeen..!
sejujurnya saya paling sering putus asa kemarin, terlebih lagi ketika rasanya sudah puluhan langkah kaki ini bergerak, tapi puncak masih juga belum terlihat. Apalagi kerongkongan saya yang beda tipis sama kerongkongannya Onta, maunya minuuum terus. Alhasil belum sampai tiba di puncak persediaan air kami habis karna saya. *garuktanah*

Niat kami awalnya bisa sampai di puncak lebih awal sebelum matahari terbit, kami pengen lihat matahari yang muncul malu-malu dari atas Mahameru. Tapi apa daya jam 5 subuh saya dan Jani masih jauh dari puncak, anggota tim kami yang jumlahnya delapan mulai terbagi-bagi. Oot dan mbak Desy udah jalan jauh didepan, Dicky dan Kak Feb sudah gak keliatan dimana, Indah dan Imam pun sepertinya masih dibelakang saya dan Jani.
Jani & Imam

Jani, dialah ketua tim kami dan yang paling saya repotkan ketika mendaki puncak ini. Mau tak mau dia mesti sabar nungguin saya yang berulang kami berhenti minta istirahat, persediaan airnya pun Saya juga yang habiskan, huhuu.. *maaf banget jan*

***

Puncak masih jauh ketika kami bertemu Indah dan Imam, kami saling menyemangati untuk terus jalan meskipun kami sama-sama tau kalau putus asa mulai mewarnai wajah kami masing-masing.

"Stop sini aja lah ya, gak perlu sampe puncak. Disini juga sudah tinggi" Jani berucap pelan, ia tau betul kami sudah capek untuk melangkah lagi.

Berhenti? disini?
Puncak masih jauh memang dan pemandangan di tempat kami berhenti juga sudah sangat-sangat indah. Diketinggian lebih dari 3000 meter di atas permukaan laut ini terhampar keindahan yang luar biasa. Di kejauhan deretan puncak gunung-gunung di jawa tersetting sempurna dalam frame yang begitu anggun, mereka dikelilingi awan putih yang terlihat seperti lautan ombak. Semburat sinar matahari yang keemasan di sisi timur entah bagaimana menambah indahnya lukisan alam saat itu. Masya allah :)
sunrise :P
sisi kanan pendakian
Tanpa kami sadari, awan berada di bawah kami, seperti tak terlihat batas antara bumi dan langit yang begitu membiru. Speechless. Disini saja sudah begitu indah bagaimana dengan melihat dari puncak?? kami sudah lewati dan korbankan banyak hal, masa iya cuma sampai di beberapa puluh meter dari Mahameru??

Mesti ke puncak!
Saya gak mau penasaran dan mendaki semeru kedua kalinya lagi cuma karena belum sampai dan penasaran dengan puncaknya. Saya pun menarik Jani, Indah dan Imam untuk jalan lagi. Puncak-puncak-puncak!

Kami mulai mendaki lagi, istirahat, daki lagi dan begitu seterusnya.

Kami belum sampai di puncak dan bener-bener ngerasa capek saat beberapa orang yang sudah sampai duluan di puncak mulai turun. Kami kembali putus asa. Iri juga liatnya.

"Ayo, puncak sebentar lagi. Dikit lagi sampai kok"
"Itu puncaknya, ayo semangat mas-mbak"

Berpuluh kalimat semangat terlontar dari mereka yang sudah selesai muncak. Entah kenal atau enggak mereka tanpa segan memberikan semangat agar kami terus jalan.

Saya melihat sekeliling, bukan cuma saya yang capek. Beberapa pendaki yang juga pengen ke Mahameru juga terlihat ngos-ngosan. Sebagian ada yang tidur-tiduran karna capek, sebagian lagi ada yang terus semangat mendaki mesti langkahnya sering terperosok, bahkan ada juga yang merayap dengan tangan cuma hanya untuk sampai ke Mahameru. Keren!

***

Mahameru.
Kenapa engkau begitu sulit ditaklukan?
kenapa engkau begitu angkuh, hingga tak sedikit yang menyerah untuk sampai kepuncakmu.
Apa yang hendak kau ajarkan?
tentang kesabaran? perjuangan?

bahwa ada hal yang mesti dibayar dengan sejumlah pengorbanan??

***
11 Mei 2013 - Pukul 08.30 WIB.
Saat matahari benar-benar sudah duduk disinggasananya, saat langit sudah membiru sempurna, saat nafas saya sudah terasa satu dua, saat dingin malam berganti dingin angin di atas pegunungan, saat haus sudah begitu terasa dikerongkongan dan saat capek kami sudah sebadan-badan.

Saat itulah Mbak Desy dan Oot berteriak bahagia melihat kami tiba, di Mahameru.

Mahameru.
kami pun akhirnya sampai di puncak, ya akhirnya. Tanpa pikir panjang saya pun ngejatohin badan untuk istirahat. 

Arrgghhhh....!!!!! pengen banget rasanya jejeritan. Syukur, bahagia, dan bangga bercampur jadi satu. Terlebih 7 dari kami bisa sampai di Mahameru sama-sama, sesuai keinginan kami. Alhamdulillah ya rabb :D *sujud syukur*

Kami pun gak mau ngelewatin kesempatan untuk mengambil banyak foto di Mahameru. Dan benar, dari atas puncak semeru keindahan yang Allah tawarkan lebih indah. Sejauh mata memandang yang terlihat adalah lautan awan, yang entah bagaimana begitu sempurna. Ya, semua perjuangan kami terbayar disini. Kami bisa menginjakkan kaki di Mahameru dan dari tanah tertinggi di pulau jawa inilah kami melihat langsung keindahan bumi negeri kami, indonesia. 
Ah ya, mungkin saya memang mudah terpesona, tapi Indonesia, indahmu keterlaluan!
yang dlihat mata :)
dari puncak mahameru
we're in Mahameru
kaki siapa ini??? :D
***
Puas istirahat dan mengambil banyak foto, jam 09.30 kami pun memutuskan turun kembali ke Kalimati, karena jika terlambat turun asap beracun akan datang. Dan turun dari Mahameru itu asik! Beda dengan ketika naik, turunnya kami seolah seluncuran di atas pasir. Serruu! :D

Tepat ketika makan siang kami sampai di Kalimati dan tanpa basa-basi kami langsung mengambil posisi untuk istirahat. Badan kami sudah capek, apalagi ketika ingat kalau sore itu juga kami mesti turun lagi ke Ranu Kumbolo, yaa amppuuunnn ...!

***
Istirahat 2 jam masih sangat-sangat kurang ketika guide kami meminta kami siap-siap untuk turun lagi ke Ranu Kumbolo. Rasanya pengen nolak, tapi masa iya mau tinggal di Kalimati???

Akhirnya kaki yang pegal pun melangkah lagi.

Berbeda ketika berangkat ke Kalimati, turun dari Kalimati perjalanan kami lumayan menyenangkan karna jalur yang kami lewati jalanan yang menurun, jadi yaa syukurnya gak terlalu berat. *ngelapkeringet*

Sampai di Ranu Kumbolo tepat ketika malam sudah bener-bener pekat, kami pun disambut lagi dengan udara dingin tempat itu. Yaa, malam itu kami harus kembali ngerasain tidur dalam pelukan dinginnya Ranu Kumbolo lagi. #tsaaah

***

Memang tanpa kita sadari Waktu berjalan begitu cepat.
Besok paginya (12 Mei 2013) jam 7 pagi kami sudah mesti buru-buru turun ke Ranupani, ke titik awal pendakian kami. Jalan menurun memang lebih mudah memang. Kami tak perlu waktu lama seperti ketika naik untuk sampai kembali ke Ranupani. Mobil jeep menunggu jam 10 di sana untuk mengantar kami ke pasar tumpang.

Sesuai rencana dari pasar tumpang kami mesti tiba tepat waktu di stasiun malang, mengejar kereta ke Jakarta dan kemudian lanjut kembali pulang ke Palembang.

Pulang.
Ya, waktunya pulang dan menutup perjalanan pendakian kami.

Di sepanjang jalan pulang, kami bercerita ulang tentang semua yang kami lewati selama pendakian. Dari mulai hal lucu, yang bikin capek, yang ngeselin hingga kejadian-kejadian kecil yang tercecer di ingatan kami. Semuanya, dan mengingatnya sama sekali tidak membuat kami menyesal sudah melakukan pendakian ini.

13 Mei 2013.
Kami tiba kembali di Palembang sekitar jam 8 malam, setelah memastikan setiap dari kami sudah mendapatkan barangnya masing-masing, perjalanan kami pun bisa dibilang berakhir, dan kami pun mesti berpisah untuk kembali ke aktivitas semula. 

Semua memori berkelebat di benak saya, tentang teman seperjalanan saya, tentang Ranu pani, Ranukumbolo, Kalimati, Arcopodo dan puncaknya di Mahameru. Dan ketika kaki-kaki kami mulai menjauh dari tempat-tempat itu ada sensasi berbeda yang Saya rasakan, entah apa itu.

Mungkin saya merasakan kehilangan momen-momen petualangan kami bersama atau kebersamaan kami disana. Dan sejujurnya Saya mulai merindukan semua itu. 
main coret-coretan di KA

Semeru sudah memberikan bukan hanya sekedar petualangan dengan sajian keindahannya. Tapi lebih dari itu, Semeru sudah mendekatkan kami satu sama lain. Banyak hal yang kami pelajari disana, tentang rasa syukur, tentang perjuangan, persahabatan, mencintai lingkungan, kesabaran, toleransi/keramahan terhadap sesama, dan tentang melawan rasa ego masing-masing.
di depan Ranu Kumbolo
Ya, terima kasih Tuhan untuk paket super komplitnya!

***
Berjuta terima kasih kepada :
1. Allah SWT, tanpa izinMu ya Rabb semua cerita-cerita ini mustahil terjad :)
2. Jani, Oot, Dicky, Imam, Indah, Mbak Desy dan Kak Feb. Kalian temen perjalanan yang super keren mameen! Dengan kalian pendakian ini bermakna :D 
3. Guide perjalanan kami, tim Ase adventure, naah yang minat bisa hubungi langsung. *niih, saya promosiin gratis* hehe
4. Semua pendaki yang kenal gak kenal sudah kasih support waktu summit, kalian baik sekali!

Enjoy this life!

21 Juni 2013

Sebelum Saya Meninggal

Bismillah

Serem gak sih judul tulisan saya??

Enggak ini bukan mau bicara yang serem-sereman, tapi kemarin saya mengunjungi sebuah blog dan ngeliat proyek Before I Die yang digagas oleh Candy Chang. Ada yang sudah pernah denger atau baca???

Sebagian mungkin baru tau seperti saya. Intinya sih Candy Chang mengajak orang-orang disekitarnya untuk membuat harapan tentang apa yang ingin mereka lakukan sebelum meninggal. Untuk lebih jelasnya lihat link ini ya :)
Before I die - Candy Chang

wishes :)
Dari sanalah, saya jadi pengen ikutan nulis 'Before I Die' juga, dan menuliskannya di blog ini saja.
:D

Tapi karena saya cinta Indonesia, saya lebih suka nulisnya pake bahasa indonesia saja :) *padahal bahasa inggris emang gak bagus*

Ini dia,

Sebelum saya meninggal, Saya ingin khatam hafal alquran

Sebelum saya meninggal, Saya ingin pergi haji bareng papa-mama dan keluarga


Sebelum saya meninggal, Saya ingin mimpi ketemu Rasulullah


Sebelum saya meninggal, Saya ingin liburan bareng keluarga besar


Sebelum saya meninggal, Saya ingin menikah, jadi istri-ibu-ibumertua dan nenek yang baik


Sebelum saya meninggal, Saya ingin naik gunung lagi


Sebelum saya meninggal, Saya ingin travelling keliling Indonesia bareng suami :P


Sebelum saya meninggal, Saya ingin punya bisnis usaha sendiri


Sebelum saya meninggal, Saya ingin ngebiayain adik sampai kuliah


Sebelum saya meninggal, Saya ingin nerbitin buku/novel atas nama saya sendiri


Sebelum saya meninggal, Saya ingin membangun yayasan untuk anak-anak kurang mampu


Sebelum saya meninggal, Saya ingin membangun sebuah masjid


hmmf...masih banyak lagi.
Soal umur siapa yang tau memang, tapi namanya harapan siapapun boleh berharap apapun dalam hidupnya, ya kan???

Jadi itulah sebagian yang ingin saya lakukan sebelum saya meninggal, semoga bisa terwujud. Aamiin! :D


Before i die, i wanna love you completely Ya Rabb :)

Bagaimana dengan kalian??

Enjoy this life!

17 Juni 2013

Potongan Keindahan Menuju Kalimati ~ Cerita Semeru 3

Bismillah

Perjalanan kami mungkin hanya sebuah langkah-langkah kecil amatiran, yang membawa kami menuju pelukan dingin Ranu Kumbolo.

Hm..Ranu kumbolo, danau di ketinggian 2400 mdpl di lereng gunung semeru. Kalau ingat tempat itu yang terpikir oleh saya adalah tempat dengan udara yang dinginnya banget-bangetan, bahkan hingga pagi. Walaupun sleeping bed yang saya pakai lumayan tebal tapi semalaman saya kedinginan bukan main, dinginnya yang menggelitik lewat jemari kaki membuat saya susah untuk tidur lebih nyenyak. Huhuu..

Jam 6 pagi suara ramai mulai terdengar dari luar tenda, kebanyakan dari tenda tetangga lagi sibuk membuat sarapan atau mulai membongkar kembali tenda. Lalu kami???

haha..memang dasar pemalas, kami masih meringkuk kedinginan didalam tenda. Padahal dari awal jalan kami sudah penasaran dengan sunrise di Ranu kumbolo yang katanya indah banget, tapi mau gimana lagi hawa pagi yang dingin lebih membuai kami untuk tetap di dalam sleeping bed masing-masing.

Barulah setelah beberapa lama kami pun nekat keluar, kami penasaran dengan pemandangan seperti apa yang disuguhkan Ranu Kumbolo di pagi hari, maklum ya waktu sampe di Ranu kumbolo semalam cuma gelaplah yang bisa kami lihat :)

Waktu pertama keluar dari tenda dan melihat ke sekeliling Ranu Kumbolo, saya terdiam. Ini...Ranu Kumbolo???

Indah, sejuk, tenang, damai.
Tepat didepan kami terhampar danau luas dengan sajian perbukitan di sekelilingnya termasuk di belakang kami, di beberapa sisi danau terdapat beberapa pepohonan tinggi yang entah bagaimana posisinya itu pas banget menambah keindahan danau Ranu Kumbolo.

Di kejauhan kabut tipis masih terlihat mengambang di tengah-tengah danau sehingga perbukitan di belakangnya terlihat seperti sedang berada diatas awan, wiihh... Kebayang kan???

Mata saya tak henti memandang dan mengagumi sekitar, masya allah..
dan pelan-pelan mentari pagi mulai merangkak di sisi lain perbukitan, warna rumput yang hijau cerah pun berubah terlihat menguning keemasan, hm..bener banget kalo banyak yang bilang perbukitan di Ranu Kumbolo itu seperti perbukitan di serial Teletubbies, pernah nonton Teletubbies kan?? indah kan?? tapi di Ranu kumbolo ini jauh lebih indah dan lebih ASLI! :D
Ranu kumbolo
bayangannya terpantul di air :)
kabutnyaa... :S

kami dan Ranu kumbolo
Udara dingin yang menyengat semalam dibayar lunas dengan keindahan pagi ini.

"air danaunya gak dingin!" ucap salah seorang teman, ia baru selesai membasuh muka dari air di pinggiran danau
"eh beneran??"
"iya" 

kami yang penasaran pun buru-buru ikutan ke pinggiran danau terdekat, tangan pun kami celupkan ke dalam air jernih yang memang gak begitu dingin,  tapi ketika tangan dikeluarin lagi dari air, udara dingin mulai menggelitik ambooiii...dingiiiinnn!!!

Setelah cukup puas mengagumi, sebagai kaum perempuan kami pun sadar diri untuk mulai menyiapkan sarapan, karna dari Ranu kumbolo kami mesti bersiap-siap untuk jalan lagi ke Kalimati yang jarak tempuhnya sekitar 3 jam. Waahhh...kayaknya pulang ke Palembang kaki kami bakal gede-gede kali ya, He he he..

***

Kalau ngomongin Semeru dan Ranu kumbolo, pasti pernah denger soal Tanjakan Cinta dong yaaa???? :D

Itu tuuh jalanan yang berupa tanjakan yang kalau seseorang berjalan disana sambil mikirin seseorang yang dia sayang dan TANPA MENOLEH ke belakang, nantinya seseorang yang dia impikan akan berjodoh dengannya. Mitosnya sih begitu,...berminat mencoba?? :D

Ketika kami melewati tanjakan itu ada banyak juga yang naik bareng kami, mungkin dari mereka ada yang sedang menjajal mitos tersebut sambil mikirin ayang-ayangnya masing-masing :P

Jadi kamu mikirin siapa, Ka??

Haha...saya sih gak mikirin siapa-siapa, malah kayaknya saya yang paling sering noleh ke belakang. Saya sih gak perduli soal mitosnya, yang saya pikirin itu gimana caranya saya sanggup ngelewatin tanjakan cinta yang ya allah...tanjakannya itu ternyata panjaaaaaaang banget! Gak seperti di images google yang keliatannya dekat, haduuh... *korban internet*
yang mereka sebut tanjakan cinta <3
Waktu naik saya komat-kamit baca doa sambil pelan-pelan melewati tanjakan, berulang kali berhenti mengatur nafas dan jalan lagi. Waktu sampai di atas tanjakan tanpa pikir panjang saya pun langsung nyari tempat pas buat ngejatohin badan untuk istirahat...*ngos-ngosan*

Jadi berhenti disana?
ooh tentu tidak, kami masih harus jalan lagi. Dan setelah tanjakan cinta ada Oro-oro ombo yang menunggu kami dengan lautan bunga lavender ungunya. 
lihat bercak warna ungunya???
padang bunga ungu 

adem :)
Sejenak kami terdiam di hadapan Oro-oro ombo, didepan kami yang terlihat adalah hamparan bunga lavender dengan tingginya sedikit melebihi bahu kami, jadilah kami berjalan ditengah padang bunga yang indah dan....romantis! :)

Haha...
ya romantis.
kata itu saya dapatkan dari guide kami yang berulang kali bilang kalau Ranu Kumbolo dan Oro-oro ombo itu tempatnya romantis. Awalnya sih saya gak percaya hingga akhirnya saya berada disana, di tengah eksotisnya Ranu kumbolo yang dingin dan hamparan warna ungu nan menawan dari oro-oro ombo.

Akhirnya saya pun setuju kalau kedua tempat itu romantis, karna disana Allah telah mengirimkan cintaNya berupa lukisan keindahan untuk dinikmati oleh hamba-hambaNya, disana pula berjuta pujian dan rasa syukur tercipta dari mereka yang begitu menikmati keindahan itu, termasuk saya :)
tampak bunga nya dari dekat :)
***

Lewat dari Oro-oro ombo kami pun memasuki kawasan pepohonan yang dinamai Cemoro Kandang, dan perjalanan melewati kawasan ini mirip seperti saat kami melewati 4 pos menuju Ranu kumbolo, kanan kiri pepohonan dengan jalanan yang cukup menanjak. 

2500 mdpl
menuju Kalimati
Dan setelah cukup lama berjalan sekali lagi korsa kami di uji, beberapa dari kami mulai kelelahan berjalan dan berulang kali pula kami mengambil cukup waktu untuk istirahat. Kami mulai belajar lagi untuk memahami teman, saling menguatkan dan memberi dukungan untuk kembali berjalan.

Yang namanya jalan di tanjakan itu memang berat, kaki kami cepat sekali pegalnya apalagi nafas yang mudah sekali ngos-ngosan, dan entah sudah berapa puluh kali kami menjatohkan badan di sekitar semak, hmmff...kayaknya memang kami yang kurang persiapan olahraga :(

***

Kaki kami sudah teramat pegal ketika ada yang bilang kalau Kalimati sudah dekat, tinggal jalan menanjak menuju tempat yang disebut Jambangan dan sisanya jalan sebentar menuju Kalimati.

Sebentar??
yang kami tau kalau belum ketemu tulisan 'Kalimati' itu berarti jalan masih jauh dan kami masih harus terus bergerak, dan entah kenapa carrier saya kok malah tambah berat ya?

Dan setelah berbagai pohon dilewati, kami pun sampai di Kalimati (2700 mdpl), tempat yang berupa padang rumput luas di tepi hutan cemara.
puncak semeru
Lihat jalur di belakang pepohonan itu kan?? itulah jalur menuju puncak mahameru.

Melihat gambaran itu seketika nyali saya menciut, malam nanti rencananya kami akan summit kesana, tapi melihat tempat yang akan kami daki badan saya seketika lemes. Mahameru terlihat begitu gagah, tampak gersang dan...menjulang tinggi dengan angkuhnya.

***
Rencananya jam 11 malamnya kami mesti bersiap untuk summit, jadi jam 8 malam kami sudah masuk ke sleeping bed masing-masing dengan badan yang teramat letih. Tapi sebenernya malam itu Saya susah untuk tidur, masih kebayang begitu angkuhnya mahameru diluar sana. Sekilas teringat lagi niat kami yang ingin sama-sama menginjakkan kaki di puncak semeru, merasakan dan menyaksikan sendiri keindahan alam dari tanah tertinggi di pulau jawa. 

Tapi sekali lagi pertanyaan kecil mengusik tidur kami malam itu, apa sanggup kami mendaki hingga ke puncak mahameru sana??? bisakah??

hmmfff...

maaf ceritanya masih bersambung ke, Paket Super Komplit dari Mahameru:)

Enjoy this life!

05 Juni 2013

Saya Jatuh Cinta!!!

Bismillah

Dunia, saya jatuh cinta!
hei...kalian mendengarku???

saya benar-benar merasakannya, bahagia penuh sukacita
perasaan ini baru dan nyata
rasanya bukan sekedar seperti kupu-kupu yang berterbangan di perut
bukan sekedar itu

tanpa disadari ia menyusup perlahan dalam setiap nafas yang dihela
menyamankannya dan mengembalikan lagi semua asa ditempatnya
bulan sabit indah pun melengkung indah di wajah
tanpa dipaksa

dunia, boleh saya pinjam langitmu?
ingin kulukis bahagia ini bersanding dengan bintang-bintangmu
agar ia mampu meneduhkan langkah dan jadi penyelimut kalbu

iya, saya jatuh cinta

pada siapa?

pada mereka!
pada ikatan yang mulai terjalin disana, pada jalinan yang lebih dari sebuah persaudaraan
saling mengingatkan dan menguatkan, beriringan dengan satu tujuan; cintaNya.

ya, saya jatuh cinta pada ukhuwah kita teman-teman :)

image google

Enjoy this life!

03 Juni 2013

Menuju Pelukan Dingin Ranu Kumbolo ~ Cerita Semeru 2


Bismillah

Setelah sebelumnya saya cerita soal awal perjalanan kami di Langkah-langkah Kecil Para Amatiran, dan hingga akhirnya kami sampai juga di Ranupani.

Ya Ranupani, desa terakhir sebelum kami memulai pendakian. Desa berhawa sejuk dengan keramahan penduduk yang luar biasa.

Sejujur-jujur-jujur-jujurnya yaa...saya gak pernah menyangka bisa ada disini, di Ranupani untuk memulai pendakian. Waktu melihat sekeliling Ranupani, ternyata ada puluhan pendaki yang sudah datang, ah tidak..kayaknya sampai ratusan!

we're in Ranupani

Mereka datang dengan persiapan masing-masing, ada yang bawaan carriernya lebih heboh dari kami ada juga yang santai bawa tas carrier dengan isi seadanya. Saya melirik carrier saya yang lumayan gede, pengen banget rasanya bilang, "kamu berat! jalan sendiri ya"

dan tas carriernya pun jalan sendiri #mimpi

Berjalan sambil membawa carrier yang isinya berat mungkin akan membuat badan super-duper capek, tapi mungkin itulah salah satu seninya mendaki. Sebanyak barang yang dibawa, ya resiko tas carrier yang dibawa makin berat, toh Untuk tinggal di alam, badan enggak boleh manja kan? *notetomyself*

Bisa sih sewa jasa porter buat ngebawain tas carrier, tapi kok ngeliat porternya malah timbul kasihan ya, kita enak-enakan jalan tanpa beban mereka nya ngos-ngosan bawa barang kita. Iya, mereka dibayar memang, tapi...ya, balik ke pribadi masing-masing kali ya. Kalau memang fisik gak sanggup bawa carrier yang berat jasa porter bisa diandalkan, asalkan dompet kita isinya sanggup untuk membayarkan, he he...

Saya pribadi dan temen-temen, dari awal pendakian sudah sepakat untuk bertanggung jawab membawa carrier masing-masing, gak perlu pake porter. Toh, dari awal kami sudah mewanti-wanti diri kami untuk enggak membawa banyak barang. Ya...paling semua isi lemari aja yang dibawa, loh???!!

***

Dan seperti yang saya bayangkan, untuk pendaki pemula seperti kami jalanan pendakian yang kami lewati enggak mudah. Berkali-kali kami berhenti istirahat, minum dan mulai ngemil cokelat untuk dapetin energi lagi, dan terus jalan lagi.

Dan bukan gunung namanya kalau jalannya enggak menanjak, sekalinya ketemu tanjakan yang lumayan panjang nafas kami mulai ngas-ngos-ngas-ngosan, pengen berhenti untuk istirahat lama tapi waktu sudah keburu malam, alhasil kami pun terpaksa terus jalan lagi.

Tujuan kami adalah Ranu Kumbolo.
Untuk sampai disana kami mesti melewati 4 pos, yang jaraknya hm..lumayan yaah. Apalagi kami berjalan di malam hari dengan mengandalkan cahaya dari headlamp. Kami yang jalannya beriringan mesti sesekali berteriak 'awas batu!','kayu!' atau 'kiri jurang!'untuk mengingatkan teman dibelakang agar berhati-hati.
memang bukan fotografer yg profesional x_x

Awal perjalanan sih iya energi dan semangat masih OK, teriaknya bisa kenceng-kenceng. Tapi ketika sudah lewat pos ke 3 lelah mulai terasa dan suara pun mulai menghilang, satu persatu kami jalan dalam diam, sesekali ada yang masih berusaha mengingatkan jika melihat rintangan. Saya yang berjalan di tengah dan juga sudah capek banget, bisanya tinggal ketok-ketok batu atau kayu yang merintangi jalanan dengan tongkat agar yang dibelakang bisa berhati-hati. He he..

***
Berjalan di malam hari di tengah hutan dan bersama teman-teman itu sebenernya asik banget, sambil ngedengerin suara jangkrik dan sesekali ngeliat ke langit yang masya allah...langitnya penuh bintang! Saya sudah jarang liat bintang bertaburan di langit, di Palembang malah jarang bisa liat langit penuh dengan banyak bintang, atau emang saya yang enggak perhatian ya? *garuktanah*

Terucap berjuta syukur pada Allah karna langit malam itu cerah sehingga lukisan langit penuh bintangnya terhampar tanpa cela.

Sayang saking capeknya jalan, enggak terpikir lagi buat nge-foto langit malam itu, alhasil cuma mata saja yang bisa menyimpan betapa indahnya langit malam itu. Buat saya, it was beautifull.

***
"masih jauh ya??"

pertanyaan itu mestilah muncul, terlebih lagi kaki sudah mulai payah melangkah. Ranu Kumbolo nya mana?? kok gak sampe-sampeee???

Capek, ngantuk, dingin, dan laper campur aduk jadi satu. Langkah sudah mulai tidak beraturan, dan tempat yang mereka sebut Ranu Kumbolo masih belum keliatan. Semua sudah kecapaian, banget-banget! sesekali kami mengambil waktu untuk istirahat sejenak.

Berulang kali istirahat jalan-istirahat jalan, mengajarkan kami untuk bisa memahami teman. Bahwa memang kami punya daya fisik yang berbeda, belajar menyamakan tempo kapan waktu berhenti dan kapan waktu untuk jalan lagi, belajar untuk saling menguatkan bahwa meski berat kaki tetap terus melangkah. 

***
Ranu kumbolo!!
sebuah tempat dengan hamparan lampu dari berbagai tenda pendaki mulai terlihat, dan senyum kami mulai mengembang, sebentar lagi sampai! melihat Ranu kumbolo dari kejauhan terlebih lagi saat badan ini sangat kelelahan itu seperti ngeliat oase di padang pasir! Ahh...berarti sebentar lagi langkah kami bisa berhenti dan badan bisa diistirahatkan dong ya. He he

Tapi sedekat apa yang dilihat mata enggak sama dengan jarak yang seharusnya :(

Hamparan lampu tenda memang sudah kelihatan, tapi ternyata jalan kami masih panjang dan memutar. Oalahhh...Melangkah lagi-lagi-dan sedikit lagi.

Ok-ok ya Rabb, memang untuk sebuah kebahagiaan itu butuh perjuangan kan??

dan akhirnya semua terbayar dengan sambutan hawa dingin yang luar biasa ketika kaki kami sampai di pinggiran danau Ranu Kumbolo. Dinginnya banget-bangetan! Serius!

Sambil nahan dingin jugalah kami berbagi tugas, yang laki-laki tugasnya memasang tenda dan kami yang perempuan membuat minuman hangat dan makanan, udara dinginnya sudah beneran nampar bolak-balik badan kami, jadinya makanan yang kami buat cuma mie rebus *garuktanah*

Sambutan Ranu kumbolo bener-bener mengesankan dengan pelukan udaranya yang super dingin, mungkin jika kami bukan orang-orang yang biasa tinggal di tempat panas, dinginnya Ranu kumbolo bisa kami lawan dengan duduk diluar menikmati malam disana. Tapi apa boleh buat, lelah kami sudah sebadan-badan, dan tepat tengah malam kami semua mulai masuk ke sleeping bed masing-masing.

Dan dibawah langit Ranukumbolo kami mencoba belajar menyesuaikan diri dengan udara agar bisa tidur nyenyak, seraya membayangkan perjalanan seperti apa yang kami dapati ke Kalimati besok.

Bakal seberat inikah?? Sejauh inikah??
Kalimati itu tempat yang seperti apa?? Apa yang akan kami temui disana??

***
ps : tidak banyak foto untuk cerita kedua ini, bagian ketiga akan banyak foto-foto indah. Tunggu ya! :)

Lanjut ke cerita yang ini, Potongan Keindahan Menuju Kalimati

Enjoy this life!