03 Juni 2013

Menuju Pelukan Dingin Ranu Kumbolo ~ Cerita Semeru 2


Bismillah

Setelah sebelumnya saya cerita soal awal perjalanan kami di Langkah-langkah Kecil Para Amatiran, dan hingga akhirnya kami sampai juga di Ranupani.

Ya Ranupani, desa terakhir sebelum kami memulai pendakian. Desa berhawa sejuk dengan keramahan penduduk yang luar biasa.

Sejujur-jujur-jujur-jujurnya yaa...saya gak pernah menyangka bisa ada disini, di Ranupani untuk memulai pendakian. Waktu melihat sekeliling Ranupani, ternyata ada puluhan pendaki yang sudah datang, ah tidak..kayaknya sampai ratusan!

we're in Ranupani

Mereka datang dengan persiapan masing-masing, ada yang bawaan carriernya lebih heboh dari kami ada juga yang santai bawa tas carrier dengan isi seadanya. Saya melirik carrier saya yang lumayan gede, pengen banget rasanya bilang, "kamu berat! jalan sendiri ya"

dan tas carriernya pun jalan sendiri #mimpi

Berjalan sambil membawa carrier yang isinya berat mungkin akan membuat badan super-duper capek, tapi mungkin itulah salah satu seninya mendaki. Sebanyak barang yang dibawa, ya resiko tas carrier yang dibawa makin berat, toh Untuk tinggal di alam, badan enggak boleh manja kan? *notetomyself*

Bisa sih sewa jasa porter buat ngebawain tas carrier, tapi kok ngeliat porternya malah timbul kasihan ya, kita enak-enakan jalan tanpa beban mereka nya ngos-ngosan bawa barang kita. Iya, mereka dibayar memang, tapi...ya, balik ke pribadi masing-masing kali ya. Kalau memang fisik gak sanggup bawa carrier yang berat jasa porter bisa diandalkan, asalkan dompet kita isinya sanggup untuk membayarkan, he he...

Saya pribadi dan temen-temen, dari awal pendakian sudah sepakat untuk bertanggung jawab membawa carrier masing-masing, gak perlu pake porter. Toh, dari awal kami sudah mewanti-wanti diri kami untuk enggak membawa banyak barang. Ya...paling semua isi lemari aja yang dibawa, loh???!!

***

Dan seperti yang saya bayangkan, untuk pendaki pemula seperti kami jalanan pendakian yang kami lewati enggak mudah. Berkali-kali kami berhenti istirahat, minum dan mulai ngemil cokelat untuk dapetin energi lagi, dan terus jalan lagi.

Dan bukan gunung namanya kalau jalannya enggak menanjak, sekalinya ketemu tanjakan yang lumayan panjang nafas kami mulai ngas-ngos-ngas-ngosan, pengen berhenti untuk istirahat lama tapi waktu sudah keburu malam, alhasil kami pun terpaksa terus jalan lagi.

Tujuan kami adalah Ranu Kumbolo.
Untuk sampai disana kami mesti melewati 4 pos, yang jaraknya hm..lumayan yaah. Apalagi kami berjalan di malam hari dengan mengandalkan cahaya dari headlamp. Kami yang jalannya beriringan mesti sesekali berteriak 'awas batu!','kayu!' atau 'kiri jurang!'untuk mengingatkan teman dibelakang agar berhati-hati.
memang bukan fotografer yg profesional x_x

Awal perjalanan sih iya energi dan semangat masih OK, teriaknya bisa kenceng-kenceng. Tapi ketika sudah lewat pos ke 3 lelah mulai terasa dan suara pun mulai menghilang, satu persatu kami jalan dalam diam, sesekali ada yang masih berusaha mengingatkan jika melihat rintangan. Saya yang berjalan di tengah dan juga sudah capek banget, bisanya tinggal ketok-ketok batu atau kayu yang merintangi jalanan dengan tongkat agar yang dibelakang bisa berhati-hati. He he..

***
Berjalan di malam hari di tengah hutan dan bersama teman-teman itu sebenernya asik banget, sambil ngedengerin suara jangkrik dan sesekali ngeliat ke langit yang masya allah...langitnya penuh bintang! Saya sudah jarang liat bintang bertaburan di langit, di Palembang malah jarang bisa liat langit penuh dengan banyak bintang, atau emang saya yang enggak perhatian ya? *garuktanah*

Terucap berjuta syukur pada Allah karna langit malam itu cerah sehingga lukisan langit penuh bintangnya terhampar tanpa cela.

Sayang saking capeknya jalan, enggak terpikir lagi buat nge-foto langit malam itu, alhasil cuma mata saja yang bisa menyimpan betapa indahnya langit malam itu. Buat saya, it was beautifull.

***
"masih jauh ya??"

pertanyaan itu mestilah muncul, terlebih lagi kaki sudah mulai payah melangkah. Ranu Kumbolo nya mana?? kok gak sampe-sampeee???

Capek, ngantuk, dingin, dan laper campur aduk jadi satu. Langkah sudah mulai tidak beraturan, dan tempat yang mereka sebut Ranu Kumbolo masih belum keliatan. Semua sudah kecapaian, banget-banget! sesekali kami mengambil waktu untuk istirahat sejenak.

Berulang kali istirahat jalan-istirahat jalan, mengajarkan kami untuk bisa memahami teman. Bahwa memang kami punya daya fisik yang berbeda, belajar menyamakan tempo kapan waktu berhenti dan kapan waktu untuk jalan lagi, belajar untuk saling menguatkan bahwa meski berat kaki tetap terus melangkah. 

***
Ranu kumbolo!!
sebuah tempat dengan hamparan lampu dari berbagai tenda pendaki mulai terlihat, dan senyum kami mulai mengembang, sebentar lagi sampai! melihat Ranu kumbolo dari kejauhan terlebih lagi saat badan ini sangat kelelahan itu seperti ngeliat oase di padang pasir! Ahh...berarti sebentar lagi langkah kami bisa berhenti dan badan bisa diistirahatkan dong ya. He he

Tapi sedekat apa yang dilihat mata enggak sama dengan jarak yang seharusnya :(

Hamparan lampu tenda memang sudah kelihatan, tapi ternyata jalan kami masih panjang dan memutar. Oalahhh...Melangkah lagi-lagi-dan sedikit lagi.

Ok-ok ya Rabb, memang untuk sebuah kebahagiaan itu butuh perjuangan kan??

dan akhirnya semua terbayar dengan sambutan hawa dingin yang luar biasa ketika kaki kami sampai di pinggiran danau Ranu Kumbolo. Dinginnya banget-bangetan! Serius!

Sambil nahan dingin jugalah kami berbagi tugas, yang laki-laki tugasnya memasang tenda dan kami yang perempuan membuat minuman hangat dan makanan, udara dinginnya sudah beneran nampar bolak-balik badan kami, jadinya makanan yang kami buat cuma mie rebus *garuktanah*

Sambutan Ranu kumbolo bener-bener mengesankan dengan pelukan udaranya yang super dingin, mungkin jika kami bukan orang-orang yang biasa tinggal di tempat panas, dinginnya Ranu kumbolo bisa kami lawan dengan duduk diluar menikmati malam disana. Tapi apa boleh buat, lelah kami sudah sebadan-badan, dan tepat tengah malam kami semua mulai masuk ke sleeping bed masing-masing.

Dan dibawah langit Ranukumbolo kami mencoba belajar menyesuaikan diri dengan udara agar bisa tidur nyenyak, seraya membayangkan perjalanan seperti apa yang kami dapati ke Kalimati besok.

Bakal seberat inikah?? Sejauh inikah??
Kalimati itu tempat yang seperti apa?? Apa yang akan kami temui disana??

***
ps : tidak banyak foto untuk cerita kedua ini, bagian ketiga akan banyak foto-foto indah. Tunggu ya! :)

Lanjut ke cerita yang ini, Potongan Keindahan Menuju Kalimati

Enjoy this life!

17 komentar:

  1. sambil nyanyi naik-naik kepunak gunng gak waktu naiik gunungnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. sambil jungkir balik juga mbak #loh?

      Hapus
  2. yg berat pasti terbayar puas setelah sampai. ayooo semangat

    BalasHapus
  3. ka, kamu yang manah? Udah nyariin yg carriernya gede koq ga ketemu yak? hahah...

    Baru main kesini lagi dan disuguhin cerita seru..ga sabar ama part 3nya nih..pasti pemandangannya bagus

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya yang cewek itu loh mbak,
      #yaiyalah..,
      dtunggu part 3 ny y mbak..he he he

      Hapus
  4. jadi pengen kesana juga mba, hikkkkksss. btw, salam kenal ya mba, ijin follow.

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal balik :)
      sudah saya foll juga

      Hapus
  5. aaa...serunyaaa...tapi kamu yg mana Ka? cariin yang carrriernya gede koq gak ketemu yak?hahah

    Baru maen ksini lagi dah disuguhin cerita seru banget, ga sabar nunggu yg part 3 nya..pasti bagus pemandangannya ^^

    BalasHapus
  6. nggak pernah mendaki sih :(
    dan jadi kepengen banget gegara baca posting ini...
    aduh mbak, tapi kira2 aku sekuat mbak nggak ya mendakinya??

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha...mesti kuat dong,!
      stiap orang mampu..,jgn pesimis dong
      :)

      Hapus
  7. ihh mupeng juga mau menginjakkan kaki disana, huhuh..
    seruuu banget pasti ya mendakinya.. huhuhhh

    BalasHapus
  8. Huee pendaki gunung toh :o sugoi!

    BalasHapus

Silahkan berkomentar apapun. No Spam please! ^^