Bismillah
Prolog :
Sudah siapkah Saya ketika menghadapNya?
Apa yang sudah Saya siapkan sebagai hadiah ketika nanti bertemu denganNya?
Apakah cukup bekal hadiah yang dibawa?
Cuaca Palembang lumayan panas, dan mau tak mau Aku mesti bisa membagi konsentrasi antara mengendarai motor dan mendengarkan kamu yang sibuk bercerita dibelakangku. Cara kamu bercerita yang begitu bersemangat dan bahagia sesekali membuatku kehilangan fokus pada jalanan, aah...rasanya ingin kuparkir saja motor lalu kita berdua duduk sejenak di pinggir trotoar agar kamu bisa lebih puas bercerita. Tapi sayangnya waktu yang sedikit membuat kita mesti rela ngobrol di atas motor saja.
"Sya, kamu kok mau terima kerjaan itu? kamu bakal ditempatkan jauh dari Palembang loh" ucapku pelan, terasa punggung tanganku yang tanpa sarung tangan mulai perih terkena panas matahari, aku meringis pelan. Dari belakang kudengar suara tawa khasmu yang renyah.
"Iya sih Ka penempatannya jauh-jauh, bahkan ke pelosok daerah. Ayah Ibu juga awalnya enggak setuju"
"Jadi orang tuamu belum kasih izin?"
"Iya awalnya, tapi lama-lama mereka ngerti dan setuju kok" jawabmu dengan nada yang begitu riang.
"Hm..Sya, kamu siap dengan semua resikonya? kami bakal kehilanganmu, Sya" ucapku lagi.
"Aku mungkin bakal jarang pulang, Ka. Tapi Aku akan sering kasih kabar kok" ucapmu, "Sebenernya Aku juga terkejut waktu diakbari kalau Aku diterima, Aku juga sempat ragu untuk diambil atau dilepas aja pekerjaan ini. Tapi sekali lagi Aku sadar kalau memang pekerjaan inilah yang aku sukai dan kesempatan ini jarang ada. Lagipula biarpun bukan pekerjaan yang menjanjikan banyak uang, namun paling tidak pekerjaan ini bisa jadi ladang amalku melalui anak-anak yang kudidik nantinya. Doakan ya, Ka" ucapmu pelan.
"Pasti Sya" jawabku sambil tersenyum seraya menghentikan laju motor di tempat tujuan kami, namun kali ini Aku sadar suaraku terdengar bergetar. Campur aduk yang kurasakan sekarang, ada sedih karena sebentar lagi Aku mesti kehilangan seorang teman, dan di sisi lain cerita yang kudengar darimu sejujurnya juga mampu membuatku begitu iri, ah...sangat iri malah. Allah sudah memberikan kesempatan itu dibanding kami Sya.
Catatan:
Bukan fiksi, namun memang sengaja menggunakan kata ganti; Aku :D
Hmm...Kejadian ini sudah sebulan berlalu, dan mungkin sahabat yang dimaksud sedang menjalani masa pendidikannya SGInya sekarang. Saya sadar, ladang amal di bumi ini masih banyak. Lihat sekitar dan berikan terbaik yang dimiliki, tapi Syarifah...kamu sukses loh membuat Saya iri :)
Enjoy this life!
Orang yang bisa dengan ikhlas dan bangga mendedikasikan ilmu dan dirinya untuk kegiatan amal juga membuat saya iri.. Bahagianya mereka dengan apa yang mereka lakukan, meski pun semua itu membuat mereka harus rela berkorban waktu dan kebersamaan dgn org2 tercinta. semoga pengabdian teman kamu benar2 bernilai ibadah sesuai inginnya :)
BalasHapusjadi akhirnya diberi izin ya
BalasHapus