28 Agustus 2013

Berkenalan dengan 'Keras'nya Gunung Dempo

Bismillah

Salah seorang teman pernah berkata, "seorang pendaki akan selalu rindu dengan jalur pendakiannya"

ah ya, ternyata bener.
jalur pendakian itu emang bener-bener ngangenin :)

bukan cuma saya saja ternyata, tapi temen-temen pendakian kemarin semuanya kangen dengan kata 'mendaki'. Padahal kalau dihitung-hitung baru juga berselang 3 bulan kami turun dari semeru, apalagi pendakian kemarin itu juga baru pertama kalinya buat kami. Masa iya sudah pengen mendaki lagi??

Tapi kangen itu beneran muncul, malah sebulan sejak turun dari semeru kami sudah pengen lagi untuk mendaki gunung yang lain *sok banget*

Kami pun sepakat untuk mendaki gunung lagi :)
Ya, sekali lagi kami mencoba keluar dari zona nyaman kami, mencoba menantang diri kami untuk bercapek dan berpegal ria di jalur pendakian lagi. Dan akhirnya rencana pun dibuat, 17 Agustus nanti kami ingin merayakannya di Gunung Dempo :)
Gunung Dempo (3159 mdpl) merupakan Gunung berapi yang terletak di perbatasan provinsi Sumatera Selatan dan provinsi Bengkulu.
Dempo- dilihat dari Pagar Alam
Kenapa mesti Dempo??

Karena kami ini pegawai yang minim cuti dan susah banget untuk dapet libur banyak >.<
jadilah kami pilih gunung yang bisa ditempuh dalam waktu 7 jam lewat jalur darat dari Palembang.

Lagipula gunung diseberang pulau pernah didaki, masa iya yang dipulau sendiri belum pernah didatengin *tsaah..

***
15 Agustus 2013.
Rencana awal ada 10 orang yang akan ikut pendakian Dempo, tim semeru kemarin plus 4 orang teman tambahan. Tapi nyatanya H-4 empat orang batal ikut pergi. Tinggalah Jani (ketua koordinator-seperti biasa :P ), Oot, Imam, Saya, dan ditambah Kak Iwan dan istrinya Teteh Mecca (yeeii!! jadi ada temen ceweknya juga!!)

Karena Saya, Kak Iwan dan Teteh tinggal di Tanjung Enim sedang yang lain berangkat langsung dari Palembang, akhirnya kami sepakat untuk langsung ketemu di Pagar Alam saja. Jadi start awal kami pun terpisah.

16 Agustus 2013.
Dengan naik bis malam Saya, Kak Iwan dan Teteh sampai di Pagar Alam tepat tengah malam, rencananya kami akan numpang istirahat di rumah Ayah Anton yang memang sudah terkenal di kalangan pendaki Dempo, tapi rupanya rumah beliau sudah keburu penuh oleh pendaki lain yang juga pengen 17-an, jadilah kami pun mesti puas untuk istirahat di Masjid saja.

Masjidnya lumayan luas dengan lampu yang sengaja dimatikan pengurusnya. Pelan-pelan kami masuk kebagian dalam yang lantainya terbentang karpet tebal, lumayanlah sebagai alas tidur apalagi suhu di pagar alam di waktu malam dinginnya banget-bangetan bagi saya x_x

Di dalam masjid begitu gelap tapi kami tau di beberapa pojokan sudah ada pendaki lain yang duluan sampai dan duluan juga tidurnya, ada yang ngorok pula! ehehehehee.. :P

Kami pun mengambil tempat ter-nyaman untuk istirahat. Namun baru sebentar tiduran, Jani dan yang lain rupanya juga sudah sampai. Tim kami pun lengkaplah sudaahh! :D

Pendakian akan kami mulai paginya. Jadi sambil menunggu matahari muncul kami pun merehatkan sendi-sendi badan yang nantinya akan bekerja lebih keras dari biasanya :)

***
Gunung Dempo sendiri punya 2 jalur pendakian, lewat pintu rimba melalui kampung 4 dan jalur satu lagi melewati Tugu Rimau. Kami pengen nyicip semua jalur, akhirnya diputuskan untuk naik kami akan melewati pintu Rimba, dan nanti pulangnya baru melewati jalur yang satu lagi.

Pagar Alam masih diselimuti kabut pagi saat kami semua sudah siap dengan carrier masing-masing. Sejujurnya Saya paling gak mahir kalau menyangkut urusan packing carrier x_x
Sudah di bongkar berapa kali juga kok masih gak enteng-enteng, padahal barang yang dibawa pun sebenernya cuma yang penting dan gak banyak. Heuu...alhasil karna gagal packing carrier, sedikit apapun barang yang Saya bawa carrier saya pun masih terlihat besar dan berat.

***
Hal terbaik dalam pendakian kali ini adalah kami bertemu dengan banyak pendaki, 4 diantaranya bahkan jadi tim bersama kami; Adi, Wulan, Sigit, dan Amma, terakhir saya baru tau loh kalo mereka ini pasangan-pasangan kekasih, ceilleehhhh...^_^ Karena Mereka sudah ada yang pernah mendaki Dempo, kami pun yang buta soal jalur jadinya ikut nebeng mereka sampai ke puncak :P
Tim awal yang cuma ber-enam :)
Bersama mereka kami naik truk menuju Kampung 4 yang jalannya sangat lumayan untuk buat kaki jadi terseok-seok karena jaraknya yang jauh. Di kampung 4 kami rehat sejenak di rumah Ayah Rohim, perut yang dari subuh sudah keroncongan langsung diem begitu diisi semangkuk mie dan nasi :P

Sekitar jam 10 kami memutuskan untuk mulai jalan karena jika semakin siang bisa jadi sampai di pelataran camp-nya terlalu malam. Bismillah...kami pun memulai langkah pendakian setelah sebelumnya mengotori dinding rumah penduduk dengan meninggalkan tanda-tangan kami berenam *mental perusak* >.<

Pagar Alam terkenal dengan perkebunan tehnya, sepanjang awal pendakian melalui kampung 4 yang terlihat adalah hamparan hijau cerah dari sudut ke sudut, udaranya pun masih segar dan dingin. Langit begitu membiru dengan matahari yang perlahan mulai mengangkasa. Sejauh mata memandang pemandangan yang terhampar adalah frame lukisan yang begitu sempurna tanpa cela :) masya allah~ 
ijo-ijoo :)

seharusnya bisa lebih indah lagi., fotografernya kurang ahli x_x 
 ***
Seperti yang saya pernah ceritakan sebelumnya, bukan mendaki gunung namanya kalau tidak ada tanjakan. Tapi jangan harap kami bisa bertemu tanjakan seperti Semeru ketika mendaki Dempo, di semeru jalurnya bisa berupa tanjakan dan ada pula yang sedikit landai bahkan turunan. Tapi Dempo?? dari awal kami sudah dihajar oleh banyak tanjakan tanpa henti. Jalan yang kami temui cenderung menanjak semua dengan tingkat kemiringan yang aduhai~

Baru beberapa puluh menit mendaki cuaca mendung dan hujan rintik pun turun, kami pun masih terus jalan. Berhenti juga percuma, selain menghabiskan waktu badan pun bisa kedingingan karena hujan.

Cuaca kurang mendukung kemarin, beberapa kali hujan turun. Tidak terlalu lama memang, tapi hujan yang turun sukses membuat jalur yang kami lewati makin licin dan beceekk. *ojek mana ojek??

Selain pepohonan lebat, tidak banyak keindahan yang bisa diabadikan ketika melewati jalur di Dempo, semua ketutupan oleh pohon lebat bahkan pemandangan perkebunan teh pun sudah jauh menghilang. Makin lama berjalan tanjakan semakin menyiksa mameen, sarung tangan yang dasarnya kudel sudah enggak jelas warnanya apa. Cengkeram sana cengkeram sini, dari mulai batang pohon, akar, dedaunan bahkan tanah bebatuan pun jadi pegangan untuk naik. 

"Parahan mana jalurnya sama Semeru?" beberapa kali pertanyaan itu terlontar buat kami, Saya cuma diem saat yang lain jawab kalau Semeru susahnya saat mendaki menuju ke puncaknya. Kalau yang ini??

Tiap gunung punya khas nya masing-masing memang. Semeru dengan jalurnya yang naik turun dan kejutan saat menuju puncaknya, sedang Dempo? dari awal sudah banyak kejutan yang kami terima x_x

aah, biar gambar saja yang menceritakannya...
Oot 
Imam, dibelakangnya ada Teteh Mecca dan suaminya-Kak Iwan
panjat-panjaattt ^^

Adi, Ulan, Amma, dan Imam. Saya?? yang fotoin x_x

Teteh Mecca dan Kak Iwan
***
Jam 8 malam.
Rasanya kami sudah capek sebadan-badan saat kaki kami mencapai Top Dempo, aaahh...akhirnyaaa! Top-top-top! Suenengnya bukan main. Tapi gelap sudah keburu pekat, kami pun mesti jalan lagi turun ke pelataran tempat untuk kami membangun tenda. Ya, akhirnya turunan! Tapi tetap saja, jalannya sangat becek dan licin, jadi kalau tak hati-hati bisa-bisa meluncur kebawah dengan bebatuan sebagai alasnya x_x

Sampai dipelataran sudah banyak bunyi ramai yang menyambut kami, tapi karena gelap yang terlalu susah bagi kami untuk melihat dengan jelas pendaki lain yang tenda nya sudah menyebar di berbagai sudut pelataran.

Aahh...badan sangat butuh rehat. Apalagi udara pegunungan yang dinginnya banget-bangetan sudah menyapa kami dari tadi. Alhasil tanpa banyak kompromi setelah tenda selesai dibangun dan perut diisi, kami pun masuk ke tenda dan bersedekap dalam sleeping bed masing-masing.

Sejujurnya Saya tidak menyangka akan sebegini sambutan dari Dempo untuk Kami, dengan tanjakannya yang sukses membuat badan berasa rontok dan dinginnya yang luar biasa. Dari dalam tenda masih terdengar suara musik dari tenda lain, entah lagunya apa-enggak jelas tapi lumayanlah sebagai hiburan di tempat yang sebegini jauhnya dari kota.

***
Rencananya besok pagi kami akan mendaki puncak Marapi yang letaknya tidak jauh dari pelataran, hanya perlu jalan menanjak dan kami sudah bisa melihat kawah. Kami sih pengennya melihat sunrise dan mengibarkan sangsaka merah putih yang kami bawa di atas sana. Tapi apa daya. Jam 5 rayuan kantuk masih menggantung menggoda-goda untuk kembali lanjut tidur.

Jam 7 pagi.
Cuaca terlihat cerah saat kami memutuskan keluar tenda, tapi dingiinnya itu mamennn masih kerasa juga biarpun tangan sudah dilapisi sarung tangan tebel, duileehh x_x

Tak jauh dari tenda kami terlihat puncak Marapi, tidak setinggi yang dibayangkan memang, bahkan dari tempat kami berdiri kami bisa melihat beberapa pendaki yang lebih dulu naik kesana. Bendera merah putih yang berkibar pun juga jelas terlihat. Tak berapa lama puncak Marapi terlihat keemasan terpapar sinar matahari yang muncul malu-malu, kontras dengan warna langit yang membiru indah, ah Sempurna :)
puncak Marapi
Setelah perut cukup diisi, kami pun mulai melangkah naik ke puncak. Sayangnya Teteh dan Kak Iwan yang masih kecapaian masih pengen di tenda, mereka pun memutuskan untuk tidak ikut naik bersama kami.

Untuk sampai ke puncak Marapi kami hanya perlu melewati rimbunan pohon Panjang Umur yang tumbuh cukup rapat. Tidak seperti sebelumnya jalur menuju puncak jauh lebih mudah didaki, jalur yang banyak bebatuan sebagai tempat berpijak memudahkan kami untuk sampai ke puncak dalam waktu singkat.
Jani, Imam, Oot, Amma

Ya kami pun akhirnya menapak puncak Marapi. Alhamdulilaaah~
Syukur, senang, puas dan bangga campur jadi satu, terlebih ketika melihat kawah Marapi yang saat itu berwarna silver. Dihajar tanjakan bertubi-tubi ketika naik kemarin terbayar sudah sekarang. Bendera yang kami bawa dari bawah pun sukses berdiri di puncak Marapi bersama kami.
Dirgahayu Indonesia :)
Dan melihat pemandangan sekitar dari puncak adalah momen yang sayang dilewatkan. Di kejauhan terlihat pelataran tempat tenda kami dibangun, di seberang kami berdiri Top Dempo yang kami pijak semalam. Beberapa kali kabut menutupi pandangan, jadilah kami seperti berada di negeri atas awan, eksotis!

berlebihan? ah sama sekali tidak. Ciptaan Tuhan itu memang selalu keren, dan bumi Indonesia yang kita miliki ini memang punya keindahan yang sangaaat keterlaluan :)

Tak puas rasanya berada di puncak tanpa mengambil banyak foto, dari mulai sendiri-sendiri hingga minta tolong orang gak dikenal buat nge-foto kami rame-rame. Hehehe..

Dan salah satu niat Saya pun terpenuhi...
Dari puncak Marapi, Saya menyayangi kalian :)

moment yang gak boleh ketinggalan :P
***
Jam 10 pagi kami pun turun kembali tenda. Siang itu juga kami mesti sudah turun dari Dempo karena kami memutuskan untuk kembali pulang malam itu juga. Packing-packing sebentar kami pun mulai melangkah lagi, kali ini kami mesti kembali naik ke Top Dempo dan kemudian baru turun dari Dempo.

Di Top Dempo kami berenam mesti berpisah dengan sahabat baru kami. Adi, Ulan, Sigit, dan Amma memutuskan untuk turun melalui jalur pintu Rimba, sama seperti ketika naik. Sedang kami memutuskan untuk mengambil jalur melaui Tugu Rimau. Setelah melewati berbagai momen bersama, ketika berpisah dengan mereka jelas terasa sedikit kehilangan. Dengan adanya mereka jugalah pendakian kami jadi tambah berwarna. Semoga nanti-nanti bisa mendaki bareng lagi :)

***
Mana yang lebih kamu pilih, jalan menanjak atau menurun??
Ada yang bilang turun dari gunung itu asik, enggak terlalu seberat ketika naiknya. Bener siiih, tapi enggak berlaku buat Dempo.

Kali ini menanjak dan menurun sama beratnya. Sama!
Bahkan melewati jalur Tugu Rimau kami mesti melewati turunan yang sudutnya itu loh, ehem...siku-siku :)

Ditambah lagi jalur yang licin disana-sini. Ternyata jalur Tugu Rimau lebih berat yaaa. Hehehee..
Bisa dibilang jalur pendakian Dempo itu komplit! mendaki, merayap, merosot, melompat bahkan bergelantungan di tali untuk turun. Berasa sedang di pelatihan militer x_x


masih sempet narsis ajee x_x

Tapi disana yang bikin seru, badan dan pikiran dilatih untuk fokus dan sinkron, untuk lebih tenang dan percaya bahwa sesulit apapun jalan asal mau dicoba pasti bisa dilewatin. Berhenti juga percuma, toh keadaan tidak akan berubah :)

***
Capek.
Ya, kami semua sudah teramat letih. Jalan menurun membuat semua beban bertumpu pada kaki. Sedangkan jalan masih teramat jauh.

Hampir di seperempat jalan terakhir, kaki kanan Saya tiba-tiba sakit tak terkira. Untuk dibawa melangkah sudah sangat-sangat berat, bahkan untuk turunan yang pendek pun saya lebih memilih merosot dibanding harus turun dan bertumpu pada kaki. Jalan masih jauh dan jalan kaki sudah sangat terseok-seok. Beberapa kali Saya minta rehat, kaki ini sudah susah diajak kompromi dan maunya minta istirahat. Tapi istirahat dimana? 

Jalur Patung Rimau jelas berbeda dengan Pintu Rimba, di jalur ini tidak ada tempat untuk memasang tenda jika ingin bermalam, jadi mau tak mau kaki mesti melangkah terus turun kebawah. Lagipula kami mesti cepat-cepat sampai di bawah, jika tidak kami bisa ketinggalan truk menuju kota. Nah looh??! x_x

Jadi kami tidak punya banyak waktu untuk istirahat, pokoknya mau tak mau kaki mesti mau diajak turun. Dan rasanya itu....Pegelnya pangkat sejuta mamenn!

Saya tau bukan cuma Saya yang capek, yang lain juga capek. Beruntung punya teman pendakian yang keren-keren, saling kasih semangat untuk terus jalan *angkat topi untuk Jani, Oot, Imam*

***
Jam 17.40 WIB - Tugu Rimau.
Akhirrrnyyyyyaaaa...!! 
Sampai juga di tugu yang jadi tanda awal untuk pendakian, ini artinya kami sudah sampai dibawah, tinggal menunggu truk yang menjemput membawa kami turun ke Kota Pagar Alam. Fiiuuhh...istirahat oh istirahaattttt... T_T

Dikejauhan semburat keemasan matahari mulai menghilang dalam pekatnya malam, berganti hamparan lampu rumah warga yang benderang di kejauhan, bak hamparan bintang yang jatuh dan tersebar di bumi. Indah :)

Sama seperti Semeru, pendakian di Dempo juga mengajarkan banyak hal. Bahwa untuk sampai ke tujuan kita mesti saling membantu, butuh tangan yang mengulurkan untuk membantu yang lain naik, butuh lidah yang saling mengingatkan untuk melewati rintangan yang dihadapi, butuh semangat atau bahkan makian untuk memastikan kaki kita tetap sama-sama melangkah kedepan. Karena tak selamanya kita mampu sukses sendiri :)

^_^  we're in Top 
Aah Dempo....Terima kasih banyak untuk sambutan 'hangat'mu :)

ps :
Setelah turun, oleh-oleh dari pendakian Dempo mulai terlihat. Kaki Saya memar kebiruan disana sini dan pegal-pegalnya masih terasa bahkan hingga H+4. Heuuu...^^

Enjoy this life!

31 komentar:

  1. wah kapan2 aja kk ye naek (seriusan), lom pernah nih naek dempo, kemaren hanya nginep di villa sekitar kebun teh hehehe

    BalasHapus
  2. uwowww keren,dekkkk....JAdi pengen summit jugo :)

    Mari tebarkan racun cinta mendaki ke yang lainnya *hihihihi

    BalasHapus
  3. ekaaaa kerennn salut buat lu,..kira" klo ud nikah msh boleh g ya,..jd spiderwomen :'D

    BalasHapus
  4. hihi seneng liatnya liat fotonya tanjakan yg meliuk2 heheh... eh tajam ...
    intinya selamat ya!

    BalasHapus
  5. assalamualaikum. mbak, sya ada rncana ke dempo bulan november, masih rencana solo sh mbak? kira-kira ada barengan yg mau ke sana gak ya mbak?

    BalasHapus
  6. assalamualaikum. mbak ni sya ada rencana ke dempo bulan nopember. masih rencana solo. kira-kira ada barengan naik gak ya untuk jumat-minggu?

    BalasHapus
  7. memang bener stiap gunung punya ciri khas. Kadang Gunung itu tak bisa dilihat dari ketinggiannya saja..:D

    BalasHapus
  8. I always want to go hike and reach on the top of mountains. :D
    Glad to know you've done it and it was awesome. :D

    cnovreica.blogspot.com

    BalasHapus
  9. ya mas bro bener banget saya aja kebetulan suka mendaki gunung, dan saya bersal dari muara enim sumsel, kebetulan saya juga mendaki gunung yang ada di pulau jawa sembari kuliah. memang sensasi dari pendakian itu berbeda beda, dan punya khasnya masing masing hehehehehe

    BalasHapus
  10. kalo saya nanti lagi libur kuliah dan pulang kampung ke muara enim, insyallah saya akan naik gunung Dempo, kebetulan saya juga sua naik gunung di pulau jawa sembari kuliah. dan saya akan mencoba untuk mendaki gnung yang ada di daerah asalku sumatera selatan.

    BalasHapus
  11. insyallah kalo saya lagi pulang kampung ke muara enim dan libur kuliah saya akan mendaki gunung dempo yang ada di provinsi asalku. kebetulan saya juga suka mendaki gunung yang ada di pulau jawa meski tidak terlalu banyak dan saya akn mencoba untuk mendaki gunung yang ada di daerahku.

    BalasHapus
  12. Agek nunggu libur lebaran kito naek dempo. Kau tinggal dmno skrng Hin? Aku Di bekasi. Insya Allah Desember agek ke semeru

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku di jogja sekarang hehhee, payo naek, kau wong tanjung, aku wong ujanmas.

      Hapus
  13. ada yg mau naik dempo bulan desember ini gak ya tanggal 25 desember - 1 januari. kalo ada bareng ajaa dong :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. wei nurul kau ni awak baru turun dari dempo, hahahhhahaha jadi taun baruan di puncak dempo hhehehe aku di puncak merapi tanggal 1 kemaren.

      Hapus
  14. kok gak ketemu ya...

    BalasHapus
  15. pekan kedua januari ,. siap daki dempo (insha Allah) :D

    BalasHapus
  16. @nurul masih ada slot kosong mba...?

    BalasHapus
  17. @nurul masih ada slot kosong mba...?

    BalasHapus
  18. Keren perjalanannya mas , nice artikel juga .. mampir juga yaa :)
    Mendaki Bukit Kaba

    BalasHapus
  19. wuuuiiiiiiih...trnyata teman ku Amma ikut pendakian jg tho

    BalasHapus
  20. Keren sih narasinya, tapi view dri top-nya kurang. He he

    BalasHapus
  21. Selamat bertemu di di jalur pendakian kakak-kakak semua

    BalasHapus
  22. Mohon maaf, ada alamat facebookny, saya ingin bertnya tntng dempo, mohon di jawab makasih :)

    BalasHapus
  23. Kak kapan mau naik lagi?

    BalasHapus
  24. minta cp nya ka iwan dongs

    BalasHapus

Silahkan berkomentar apapun. No Spam please! ^^