28 Maret 2011

Episode Daniel : Yang Sebenarnya

         Daniel mengegas motornya lebih cepat, menyeruak jalanan malam kota Bandung. Dinginnya malam yang menusuk hingga ke tulang tak dihiraukannya lagi, Ia juga tak perduli dengan gerimis yang mulai turun membasahi jaket tipisnya, tatapannya tak lepas dari jalanan yang kian berliku dihadapannya. Sesekali Daniel menggerutu kesal dan mengklakson keras-keras ke mobil atau motor yang menghalangi jalannya. Pikiran Daniel melayang ke 20 menit yang lalu, saat ia masih santai memetik gitar di kamarnya sambil bernyanyi, mencoba beberapa lagu yang akan dinyanyikannya besok di gereja. Namun, perhatiannya terusik saat sebuah telepon masuk ke Handphonenya. Syafa! Nama dan foto Syafa terpampang di LCD Handphone, segera saja Daniel mengangkatnya.

“Haloo..” Jawab Daniel santai. Sejenak tak terdengar suara, “Sya...?”panggil Daniel lagi, namun tetap tak terdengar suara. Kening Daniel mengernyit. “Hey Sya, are you there..?.” Tak lama terdengar suara terisak pelan.

“Dan... Ibu Dan, Ibu...” Rintih suara di seberang telpon. Daniel tersentak. 

“Ibu?? Ibu kenapa Sya?“ tanya Daniel mulai khawatir. Terdengar suara Syafa yang mulai terisak.

“Tolong aku Dan, jantung Ibu kumat lagi.” Daniel tersentak, kontan saja Ia bangkit.

“Kenapa bisa kumat? Kamu sekarang dimana Sya?.” Tuut. Telepon terputus. Daniel mulai semakin cemas, ia mencoba memanggil nomor Syafa. Sekali dua kali, tapi yang terdengar hanya tanda sibuk. Daniel terduduk. Ia kembali mencoba menelpon lagi, tetap tak bisa. Tak lama Handphonenya bergetar, sms dari Syafa!

From : Syafa.
Aku gk tw kenapa Dan, jantung ibu kumat. Skrg aku lg bawa ibu ke RS. Hasan sadikin .
  
Setengah tak percaya, Daniel membaca ulang sms dari Syafa. Setelah benar, tanpa pikir panjang, Daniel segera menyambar jaket dan kunci motornya. Jam menunjukkan pukul 00.34 WIB, saat Daniel mulai mengeluarkan motor dan keluar rumah dengan buru-buru. Sambil mengemudikan motor, sebuah sms ia kirim ke nomor Syafa.

To : Syafa
Kmu yg tenang. I’ll be there. 

***

         Daniel menghenyakkan tubuhnya di sebuah kursi empuk diruang tamu, menggerakkan leher serta badannya ke kanan dan kiri, kemudian bersandar dan memejamkan matanya, mencoba melepaskan semua lelah dan kantuk yang ditahannya semalaman. Ya...semalam dia begadang di rumah sakit menemani Syafa dan Ibunya yang tiba-tiba sakit lagi karna jantung beliau yang kumat. Beruntung, beliau tidak apa-apa dan kini sedang di opname di rumah sakit.

“Daniel?” sebuah suara pelan memanggil Daniel dari arah dapur, tak lama terlihat seorang wanita tengah baya keluar dengan masih memakai celemek. Wajahnya begitu tenang dan jauh terlihat muda dari umur yang sebenarnya. Di dadanya terjuntai sebuah kalung salib, tanda betapa ia mencintai keyakinannya.

“Kamu dari mana semalam Nak?” tanya Ibu Daniel lembut seraya mendekati putra semata wayangnya. Dengan berat, Daniel membuka setengah matanya. 

“Aku ke rumah sakit semalam Bu.” Ibu Daniel mengernyit. Dengan lembut ia menyentuh kening putranya.

“Kamu sakit?” Ibu bertanya pelan. Daniel menggeleng seraya tersenyum, ia menggeser tangan Ibu dari keningnya.

“Bukan Daniel bu, tapi Ibunya Syafa.” 

“Syafa? Gadis muslim itu?” tanya Ibu Daniel lagi. Daniel mengangguk. Terdengar nada berat saat Ibunya mengucapkan nama Syafa. Ia tau apa yang ada dipikiran sang Ibunda mengenai Syafa, Daniel sangat-sangat tau dan mengerti. Dari kecil, Ibu Daniel tak begitu suka ia bergaul dengan Syafa, si gadis muslim, bukan hanya karna masalah keyakinan tapi juga soal status sosial mereka.

“Seharusnya hari ini kamu ke gereja Daniel, Romo berulang kali menelpon kerumah menanyakanmu” tegur sang Ibu. Daniel menghela napas panjang, ah yaa... Ia lupa tugas nya hari ini, seharusnya sekarang ia sedang menyenandungkan lagu-lagu rohani di gereja bersama teman-temannya yang lain.

“Aku lupa” sahut Daniel pelan, ia masih memejamkan matanya yang lelah.

“Berhentilah mengurusi orang lain, fokus dengan hidupmu sendiri dulu” gerutu sang Ibu lagi, Daniel hanya berdeham pelan. Terdengar desahan kesal sang Ibu, namun ia hanya diam.

“Ah...Sudahlah. Oh ya, malam ini kamu gak ada acara kan Daniel?.” Suara Ibu kini mulai terdengar tenang, “Teman ayahmu datang kerumah kita malam ini” ujar Ibu melanjutkan seraya kembali mengambil tempat disamping Daniel. 

“Ia partner kerja Ayahmu, punya usaha besar dan sukses. Rencananya dia akan datang dengan mengajak Istri dan putrinya, Maria. Dia gadis yang pintar, Niel. Seorang calon dokter, dan dia juga seorang penyanyi di gereja sepertimu” tutur Ibu dengan berbinar.

“Jadi?” tanya Daniel dengan enggan. Mendengar itu, Ibu menghela napas kesal. Ia menatap Daniel lekat-lekat.

“Ibu sudah pernah berkenalan dengan Maria, dan Ibu menyukainya. Jadi, Ibu harap kamu juga mau mengenalnya lebih jauh. Titik” ujar Ibu tegas. Ibu bukan orang yang suka dibantah, dan kalau sudah begini mau tak mau kehendaknya mesti dituruti.

Let see later, Bu” ucap Daniel pelan, “Sekarang aku ingin tidur dulu” tertatih Ia beranjak masuk kedalam kamarnya, meninggalkan sang Ibu yang menatapnya kosong.

***

          Daniel memandang sebuah pigura kecil berwarna abu tua yang menggantung di dinding di sudut kamarnya. Di dalam pigura itu ada sebuah foto usang, ada Ayah, Ibu, Daniel dan Kakaknya. Mereka tersenyum bahagia, Daniel terlihat senang dipeluk sang kakak. Foto itu di ambil ketika Ia masih SD, beberapa bulan sebelum sang kakak meninggal karena kecelakaan. Sejak musibah itu, semua berubah. Orang tua Daniel jadi jauh lebih protektif dengannya, bahkan dalam setiap hal.

          Di samping pigura itu ada satu lagi foto yang terlihat lebih rapi dalam pigura kayu berwarna coklat tua. Ada foto seorang gadis manis berkerudung warna biru langit, sedang berdiri memegang piala dengan senyumnya yang lebar. Di sampingnya, ada Daniel yang berdiri seraya memegang sebuah miniatur menara Eiffel. Dialah Syafa, sahabat yang sudah sangat dikenalnya dari kecil. Foto itu di ambil saat mereka SMP, sesaat setelah memenangkan kompetisi miniatur keajaiban dunia. Daniel tersenyum simpul memandang foto yang kedua, seraya mengingat banyak hal gila yang sudah dilewatinya dengan Syafa. Di sudut foto, terlihat tanda tangan mereka berdua, dan sebuah tulisan tipis, Best Friend. Entah mengapa, Daniel selalu meringis melihat tulisan itu. Ah...

Mampukah Daniel dan Syafa menjaga persahabatan mereka? dan Bagaimanakah sebenarnya perasaan Daniel terhadap Syafa? Penasaran....??? Yuk baca lanjutan cerita ke dua nya di Blog mb Wulan, Rasa yang selalu Ada. Enjoy! :) 
------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 
Cerita ini di ikutsertakan dalam Pagelaran Kecubung 3 Warna di newblogcamp.com

Enjoy this life !
With ♥,

22 komentar:

  1. penasarannn.. aku mau linknya mbak Wulan donk.. aku mau baca lanjutanya..

    BalasHapus
  2. @Saga Amelia mksh y amell...udah aku link tuh. slmt mnikmati...sllrpp.hehhe

    BalasHapus
  3. Uhuk...mengharukan perjuangan kita ya Rez *lebay dot som*

    BalasHapus
  4. wah akhirnya kebuka juga blog ini....tadi aku coba buka ngga bisa2...sukses utk kontesnya yachh.....ceritanya bagus....

    BalasHapus
  5. @Orin iy mb, fiuuuhh...akhirny bs publish jg :)

    @Nia mksh y mb nia :) :)

    BalasHapus
  6. wah,bagus banget..kpn sambungannya..klu ada waktu kunjungi blog ane ya

    BalasHapus
  7. masih bersambung yah...

    BalasHapus
  8. pinter buat cerpen jugo ye :) btw ayoo kapan pacak ketmu hehehe

    BalasHapus
  9. Udah baca 3-3 nya, bagus banget, pesan moralnya walaupun pedih tapi itulah kenyataan yg ada di negara kita ini ya. Jadi inget waktu dulu nonton film Cin(t)a. Mengapa masalah agama harus segitunya dipermasalahkan? Tuhannya satu, hanya cara memanggilnya saja yg berbeda2.

    BalasHapus
  10. sukses ya wat lombanya Cin..... hehe

    BalasHapus
  11. kereenn... jago juga neh rezka bikin cerita, penasaran sm lanjutannya.. ya udah aku baca dulu lanjutannya ya..

    eehh... sukses loh, smg menang ^__^

    BalasHapus
  12. @i-one ketauan, gak dbaca sampe abis ya? :)

    @Shohibul Kecubung 3 Warna terima kasih pak atas kunjungannya, :) :)

    @Ami la lanjutannya udah d link mb :)

    @Aulawi Ahmad peehhhh kak, kopdaran d palembng b... :)

    BalasHapus
  13. @Claude C Kenni haha...iy kak, common problem. kalo mnyangkut keimanan, yaa....qt bs ngomong ap. :)

    @Aina mksh y mb
    :D

    @zasachi mksh ya zaaaaaaaaaa..., :D
    *hug*

    BalasHapus
  14. bagus banget ceritanya..persahabatan yg indah...terharu deh...

    BalasHapus
  15. payo kalu mak itu, nunggu kk pas ado di plembang ye hehe

    BalasHapus
  16. kalo yg ginian dari dulu gk bisa2...

    BalasHapus
  17. Memulai perjalanan cerita dengan penasaran, akankah persahabatan akan berlanjut, atau malah menjadi cinta yang penuh tantangan? moga perbedaan dapat terselesaikan.. :)

    walaupun agak terlambat, Juri Kecub datang,, untuk mengecup karya para peserta,, mencatat di buku besar,, semoga dapat mengambil hikmah setiap karya dan menyebarkannya pada semua

    sukses peserta kecubung 3 warna.. :)

    BalasHapus
  18. @Aulawi Ahmad, sippplahhh...kabar2i b kak
    :)

    @kira, aku juga masih newbi nih...
    :P

    BalasHapus
  19. Perasaan daniel tidak pernah berdusta. Sebuah roman lain yang membuat saya merenung lebih dalam tentang apa itu arti cinta dan persahabatan.
    Cerita sudah dicatat dalam buku besar juri, terima kasih

    BalasHapus
  20. Perbedaan prinsip adalah sebuah tantangan berat. Kerikil-kerikil kecil akan selalu bertebaran di setiap langkah.

    Kisah telah disimpan dalam memori untuk dinilai.
    Salam hangat selalu.

    BalasHapus
  21. @juri kecub 2 & juri kecub 3,
    smoga cerita yang kami tampilkan bermanfaat, trm ksh sudah mampir
    :)

    BalasHapus

Silahkan berkomentar apapun. No Spam please! ^^